Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Alfan

Mahasantri Ponpes Lirboyo, Kediri-Jawa Timur. Pembelajar otodidak pengetahuan sosial, psikologi, dan filsafat.

Cukup, Mari Kita Sikat Si Brengsek "Siapa Aku?"

Diperbarui: 13 Mei 2021   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pexels.com

Key Points

  • Kehidupan Spiritual
  • Siapa Aku?

Pertanyaan filosofis 'siapa aku' jelas bukan barang asing, tapi mungkin usang. Bukan karena sedikit manfaatnya, justru bila banyak orang bisa menjawab atau bahkan sekedar memikirkannya, selesai sudah masalah-masalah dunia yang menggunung. Melainkan, karena pikiran-pikiran orang modern yang terlampau obsesi pada hal-hal di luar dirinya.

Boleh jadi, penulis artikel ini sekarang sedang memikirkan berapa bayaran tulisannya, pujian-pujian orang-orang yang membacanya, dan mungkin kapan barang pesanan online shop tiba di tujuan.

Dude, mari sudahi kehidupan hampa kita dan mulai selami kehidupan yang kaya walau miskin, senang walau susah, ringan walau berat---kehidupan spiritual.

Lihatlah Diogenes yang hanya memiliki gentong---rumah mewahnya, ketika sedang berjemur dan diziarahi oleh seorang raja ternama sedunia, Alexander The Great. Raja bertanya, apa yang kau inginkan? Pertanyaan ini, jika kamu jawab 'segala hal mewah di dunia' akan terwujud begitu saja, siapa tak kenal raja Alexander yang menguasai seluruh Timur dan Barat? (Ar-Razi, 2000). Tapi dengan entengnya ia menjawab, minggirlah sedikit, kau menghalangi sinar matahariku (Jostein Gaarder, 2010).

Atau yang lebih dekat, kehidupan Nabi Muhammad saw yang merupakan kekasih sang pencipta tapi hidup dengan keadaan materi yang bahkan bisa disebut sangat tidak sesuai dengan statusnya---ini mengindikasikan dunia bukan tempat yang Allah ridhai.

Rumahnya minimalis bukan dalam dimensi seni arsitektur, tapi benar-benar rumah yang sangat kecil. Alas tidurnya pelapah kurma, bukan kapuk tebal. Bila di siang hari tidak ada makanan, Ia akan berpuasa tidak mencarinya dengan cara yang batil---jika enggan disebut haram.

Semangat spiritualnya bisa dilacak dari sabdanya "sesungguhnya Allah menyediakan bagi kalian salat (witir) yang lebih baik dari unta berwarna merah." (H.R Imam Abu Daud).

Unta merah pada zaman Nabi Muhammad saw adalah harta yang paling berharga bagi bangsa Arab pada saat itu. Dan, hey! Lihat betapa materi duniawi tidak berharga ketika disandingkan dengan hal-hal spiritual.

Ada juga hadis shahih yang senada, "Dua rakaat salat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya." (H.R Imam Muslim). Resapi, bung. Betapa jelas pesan spiritual yang tersimpan di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline