Prabowo Akan Bangun Sekolah Untuk Anak Tidak Mampu(?)
Muhammad Akhyar Adnan
Presiden Prabowo memunculkan sebuah wacana baru lagi, seperti diungkapkan oleh sebuah TV nasional, bahwa [Pemerintah] akan membangun sekolah untuk anak tidak mampu. Sekilas, ide ini tampak menarik dan sangat simpatik, karena memerhatikan salah satu kebutuhan dasar seorang anak dari keluarga yang secara ekonomi tidak mampu.
Namun, tanpa perlu berpikir panjang dan analitispun, niat yang dinyatakan itu langsung memancing pertanyaan: bukankah saat ini fasilitas sekolah cukup banyak, tidak sedikit belakangan sekolah yang ada ambruk, entah karena dimakan usia atau terkena bencana alam: angina dan banjir. Di luar itu, makin banyak juga diberikan bahwa sejumlah Sekolah Dasar bahkan kehabisan murid. Sehingga sebuah sekolah hanya punya puluhan murid. Atau dalam sebuah kelas hanya terdapat 3 -- 6 orang siswa saja.
Nah, dalam situasi seperti ini, [tiba-tiba(?)] saja Presiden punya ide akan membangun sekolah untuk anak tidak mampu. Bukankah ini sangat menggambarkan sifat impulsif tingkat tinggi?
Bahwa Presiden banyak ide, tentu harus sangat dihargai. Memang itulah salah satu fungsinya sebagai Pemimpin negara, pemerintah dan masyarakat yang begitu besar jumlahnya. Kita juga sangat menghargai sikapnya yang menunjukkan sikap pro kepada mereka yang kurang mampu. Namun, apakah tidak jauh lebih baik, bila ide apapun yang melintas di pikirannya, diuji dan dikaji oleh para staf yang banyak dan -- mestinya -- cakap sesuai dengan kapasitas masing-masing. Setelah ada kajian yang cukup -- tidak harus lengkap dan sempurna -- dan kalau memang ide itu dipandang bagus, layak dan relevan, barulah dilemparkan dalam bentuk wacana ke public, agar diuji lebih luas dan mendalam lagi.
Secara singkat, kita minta Presiden agar jauh lebih bijak dalam segaqla hal, dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang berbau impulsive itu. Karena, semua ini hanya akan membuang-buang energi, waktu dalam mengatasi masalah yang begitu banyak di berbagai sector kehidupan dan seperti tiada henti yang dihadapi bangsa dan masyarakat Indonesia.
WaLlahu a'lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H