Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Akhyar Adnan

Founder & CEO Akhyar Business Institute (ABI); Dosen FEB Universitas Yarsi (2023-sekarang)

Tol Kita Vs Tol Tetangga (2)

Diperbarui: 19 April 2023   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menyambung tulisan Tol Kita Vs Tol Tetangga (1), saya buat catatan kedua, masih berkaitan dengan jalan toll, tentunya.

Musim libur panjang, tidak dapat disangkal adalah masa panen perusahaan toll. Semua orang, tentu faham hal ini dengan mudah. Karena begitu banyak berbagai pihak yang memanfaatkan libur panjang tersebut untuk melakukan perjalanan jalan jauh, entah untuk silaturrahim, berlibur, urusan keluarga dan seterusnya. Sehingga inilah saatnya perusahaan toll mendapatkan penghasilan yang sangat besar. Dengan pengahasilan yang tinggi dan -- nyaris tanpa extra cost atau expenses -- maka laba tentu meningkat tajam. Para pengusaha pemilik, penguasa atau pengelola jalan toll tentu tersenyum renyah. Wajar, kan???

Tapi tunggu, apa yang dilakukan Dato' Sri Anwar Ibrahim yang sejak Nopember 2022 diangkat  menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia?

Beliau mengambil kebijakan yang betul-betul membuat semua rakyat terseyum manis. Lho ada apa?

Tidak seperti Pemerintah Indonesia yang menentukan cuti lebaran secara nasional sejak 19 -- 25 April 2023, Malaysia mematok cuti nasional untuk lebaran hanyalah tanggal 19, 20, 21, dan 24 April 2023. Namun, bukan lamanya cuti yang mau kita bandingkan, tetapi bagaimana kebijakan nasional atas pemakaian jalan toll.

Kalau di Indonesia terjadi proses profit taking yang masif, karena lonjakan kendaraan yang naik luar biasa memanfaatkan jalan toll yang ada, di Malaysia malah terjadi penggratisan jalan toll sepanjang libur nasional tersebut. Luar biasa....

Sesungguhnya inilah salah satu wujud bagaimana Pemerintah membantu kesejahteraan rakyat. Jelas bahwa saat liburan nasional ini rakyat memerlukan berbagai biaya yang tidak bisa dielakkan, maka kemudian Pemerintah 'ikut' membantu meringankan, walau mungkin tidak terlalu besar secara individu, atau keluarga yang bepergian, tetapi cukup besar secara agregat  nasional.

Kembali ke negara kita Indonesia tercinta, Pemerintah justru 'gagal' menjaga stabilitas harga. Karena harga komoditas -- khususnya sembako -- menaik secara berulang setiap lebaran tiba. Kalaupun ada sekelompok orang atau beberapa pihak yang coba membantu membagikan sembako gratis atau harga murah, tetapi sebagian besar dari mereka tidak bisa lepas dari motif politik dengan semakin dekatnya tahun pemilu. Iya, kan...???




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline