Ketika kita sedang membahas tentang perubahan iklim, maka hal ini akan erat kaitannya dengan pemanasan global dimana pemanasan global merupakan salah satu indikator utama penyebab terjadinya perubahan iklim yang ada di dunia.
Perubahan iklim dan pemanasan global bukanlah sesuatu hal yang asing atau baru untuk didengar, melainkan kedua hal tersebut sudah menjadi isu utama dan menjadi perhatian global khususnya pada 3 dekade terakhir.
Badan Penerbangan dan Antariksa atau NASA melaporkan tren pemanasan global secara signifikan meningkat hingga lebih dari 95 persen, disebabkan oleh aktivitas manusia sejak pertengahan abad ke-20.
Berbicara tentang pemanasan global, pemanasan global adalah bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi yang tejadi akibat penurunan suhu rata -- rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus terakhir, suhu rata -- rata di permukaan bumi telah meningkat 0,18C.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer, dimana emisi ini dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan.
Peningkatan suhu permukaan bumi ini juga dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat.
Gas- gas rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah aktivitas manusia. Berikut adalah data rata -- rata tempetur bumi mulai dari tahun 1970 -- 2020 (dikutip dari http://www.drroyspencer.com/latest-global-temperatures/ ) :
Dampak dari terus meningkatnya suhu global itu sendiri adalah peningkatan suhu perairan yang dapat mengakibatkan mencairnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan yang dapat meningatkkan intensitas banjir, memicu peningkatan muka air laut (sea surface), dimana kenaikan air laut diprediksi akan menenggelamkan 6 % daerah di Belanda ,17,5% daerah di Bangladesh dan kurang lebih 2000 pulau kecil di Indonesia, maupun negara -- negara kepulauan di samudera pasifik akan tenggelam (Ismi Hadad,2010:3), terancam punahnya hewan -- hewan kutub seperti beruang kutub, penguin, anjing laut dll. Dan salah satu dampak pemanasan global yang menjadi isu hangat global yaitu perubahan iklim.
Iklim adalah ukuran rata -- rata dan variabilitas kuantitas yang relevan dari variable tertentu (seperti temperature, curah hujan atau angina) pada periode tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau jutaan tahun.
Iklim akan terus menerus berubah karena faktor internal yaitu interaksi antara komponen -- komponennya, faktor eksternal seperti erupsi vulkanik dan el -- nino, dan faktor yang disebabkan oleh manusia seperi penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan CO2, gas metana, dan komponen lain yang dapat merubah iklim.
Menurut Konvensi Perserikatan Bangsa -- Bangsa (PBB) tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer global dan variabilitas iklim alami pada periode waktu yang dapat diperbandingkan.