Lihat ke Halaman Asli

Orang Kecil

Di atas pasir di bawa langit

Organisatoris Bayangan

Diperbarui: 6 Desember 2020   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: bni4success.wordpress.com

Neil Postman berkata. "anak-anak masuk sekolah sebagai tanda tanya, keluar sebagai tanda titik". Inputnya penuh dengan rasa penasaran, namun setelah itu mereka terdiam dan tidak menjadi apa-apa. Padahal seharusnya masuk dengan tanda tanya, keluar dengan tanda seru karena terdorong untuk melakukan banyak hal. Itulah yang harus didapatkan dalam dunia pendidikan. Baik formal, maupun non formal. 

Perjalanan yang paling mengkhawatirkan adalah tidak sampai pada tujuan. Meskipun seharusnya sebelum melakukan perjalanan kita diisyaratkan untuk sampai terlebih dulu. 

Selanjutnya yang paling mengkhawatirkan adalah tidak bekerja keras dalam perjalanan. Tidak ada proses, tidak ada pembelajaran. Yang ada hanyalah pembelaan dan menghabiskan waktu untuk mencari alasan. 

Menjelang dua semester, pandemi belum juga ada titik terang. Vaksinasi masih di level perbincangan. Bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali media pemberitaan mengabarkan bahwa vaksin akan siap edar dalam waktu yang tidak lama. 

Di waktu yang tidak berselang lama, muncul kembali pemberitaan bahwa siap edarnya baru bisa dimulai tahun depan. bahkan, ada pula yang menyebut sampai dua tahun ke depan. 

Pandemi virus corona ini bisa dibilang "gada obat memang" (tidak ada tandingan). Munculnya tiba-tiba, bertahannya sangat lama. Tidak ada yang lebih naik daun selain virus ini. Karenanya, yakin saja tak satupun yang tidak mengenalnya. Bahkan, tulisan ini pun dibuat dalam kondisi dunia yang sedang sakit. 

Semua berjalan tidak seperti biasanya. Kekagetan serta kekhawatiran yang amat sangat besar akan dampaknya membuat semua kelimpungan. Tidak ada sektor yang kebal dan memiliki anti body yang cukup. Penyesuaian-penyesuaian terus digalakkan demi menghindari serangan virus. Sekolah diliburkan, pekerja dirumahkan, petugas kesehatan disibukkan, dan lain sebagainya. 

Lalu bagaimana dengan mereka yang katanya Agent Of Change Yang sehari-harinya mengisi time line dengan sejuta kesibukan organisasi? Yang jika duduk berhadap-hadapan memperbincangkan kemaslahatan ummat. Bahkan memikirkan 270 juta jiwa adalah hal biasa. 

Atau, barangkali pertanyaan itu terlalu jauh dari yang seharusnya. Mungkin pertanyaan bagaimana kondisi organisasi serta pelaku-pelakunya di masa pandemi ini lebih cocok. Karena berharap banyak akan menuai banyak kekecewaan, biasanya.

Dunia organisasi yang saya jumpai nampaknya agak sedikit berbeda dengan dunia planet bernama bumi. Dalam organisasi, pandemi adalah tameng. Ia adalah juru selamat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline