Lihat ke Halaman Asli

Berkaca pada Sistem Sultan Malikussaleh dalam Menciptakan SDM Unggul melalui Penguatan Keimanan

Diperbarui: 7 Desember 2024   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukti kasus korupsi pembangunan replika monumen samudra pasai(sumber:google)

Sebagai seorang mahasiswa yang mempelajari sejarah peradaban Islam,terutama peradaban Kerajaan Samudra Pasai,saya merasa perlu mengangkat permasalahan krisis kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia,yang dipengaruhi oleh lemahnya moralitas dan keimanan. Dalam sejarah Islam,keimanan telah membuktikan diri sebagai pondasi utama untuk membangun karakter masyarakat yang unggul.

Contohnya dapat dilihat pada masa kejayaan Kesultanan Samudra Pasai di bawah kepemimpinan Malikussaleh.Ia memimpin dengan menempatkan keimanan sebagai landasan pemerintahan dan pendidikan, menghasilkan masyarakat yang tangguh secara spiritual dan kompeten secara intelektual.

Keimanan yang kokoh menciptakan individu yang jujur,bertanggung jawab,dan berorientasi pada keberkahan. Hal ini tidak hanya memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup masyarakat.Pelajaran ini relevan dalam mengatasi tantangan SDM Indonesia saat ini,dimana moralitas dan integritas kerap terkikis oleh pengaruh globalisasi dan budaya konsumerisme.

Kualitas SDM Indonesia saat ini berada pada titik yang memprihatinkan.Selain rendahnya keterampilan teknis, lemahnya nilai keimanan dan moralitas juga menjadi penyebab.Data World Talent Ranking (WTR) 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-46 dari 67 negara, jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura (peringkat ke-2) dan Malaysia (peringkat ke-33).

Krisis ini semakin diperburuk oleh degradasi moral,yang terlihat dari maraknya kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang.Salah satu contoh yang mencolok adalah kasus korupsi proyek replika Monumen Samudra Pasai di Lhokseumawe. Proyek ini,yang seharusnya menghormati sejarah Islam,justru menjadi cerminan lemahnya integritas di kalangan pejabat.Hal ini membuktikan bahwa tanpa keimanan yang kokoh,SDM Indonesia sulit berkembang menjadi kompeten dan bermoral.

Selain data global,realitas di lapangan menunjukkan hal serupa.Pada kasus replika Monumen Samudra Pasai,dana publik yang dialokasikan untuk melestarikan warisan sejarah justru dikorupsi,sehingga proyek tersebut tidak selesai sesuai target.Kasus ini menunjukkan bahwa lemahnya nilai keimanan berdampak langsung pada rendahnya kualitas SDM,yang tidak hanya memengaruhi produktivitas tetapi juga kredibilitas bangsa di mata dunia

Perbandingan SDM Masa Kini dan Masa Sultan Malikussaleh

Pada masa Kesultanan Samudra Pasai,Malikussaleh berhasil membangun masyarakat yang unggul dengan menjadikan keimanan sebagai dasar kehidupan.Pendidikan berbasis agama menjadi prioritas,di mana masjid dan madrasah digunakan untuk mengintegrasikan pengajaran agama dengan keterampilan hidup seperti perdagangan,pemerintahan,dan diplomasi.

Hal ini menciptakan masyarakat yang tidak hanya religius tetapi juga kompeten secara teknis,menjadikan Samudra Pasai pusat perdagangan Islam yang dihormati.

Bandingkan dengan masa kini, dimana sistem pendidikan sering kali memisahkan nilai-nilai moral dari pelajaran teknis. Akibatnya, muncul SDM yang unggul secara intelektual tetapi lemah dalam etika dan keimanan.Pendekatan menyeluruh Sultan Malikussaleh memberikan pelajaran bahwa keimanan adalah elemen yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan SDM.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline