QUIZ 2
Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna vs Virtue Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional
Pengertian Stoikisme
Stoisisme adalah sebuah filsafat yang mengajarkan pentingnya pengendalian diri, kebijaksanaan, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Dalam konteks pendidikan, penerapan prinsip-prinsip stoisisme dapat membantu siswa menjadi sarjana yang unggul dan profesional yang sukses. Berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan praktik stoisisme dalam kehidupan akademis dan profesional.
Stoikisme adalah aliran filsafat yang muncul di Yunani kuno sekitar abad ke-3 SM, didirikan oleh Zeno dari Citium. Filsafat ini mengajarkan cara hidup yang berfokus pada pengendalian diri, kebijaksanaan, dan penerimaan terhadap hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Stoikisme menekankan pentingnya kebajikan sebagai satu-satunya kebaikan sejati dan mengajarkan bahwa emosi negatif dapat diatasi melalui pemahaman dan rasionalitas.
Sejarah Stoikisme
Stoisisme berkembang dalam tiga fase utama: Stoisisme Awal, Stoisisme Pertengahan, dan Stoisisme Akhir.
1. Stoisisme Awal: Didirikan oleh Zeno dari Citium, yang mengajarkan bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui hidup sesuai dengan kodrat dan kebajikan. Zeno menekankan pentingnya rasionalitas dan pengendalian diri.
2. Stoisisme Pertengahan: Dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Panaetius dan Posidonius, fase ini menggabungkan unsur-unsur dari filsafat lain, termasuk Platonisme dan Aristotelianisme. Mereka mulai menekankan aspek sosial stoisisme, seperti hubungan interpersonal dan tanggung jawab sosial.
3. Stoisisme Akhir: Tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius adalah perwakilan utama dari fase ini. Mereka menulis karya-karya mendalam tentang penerapan stoisisme dalam kehidupan sehari-hari, dengan menekankan pentingnya ketabahan mental dan moralitas.
Prinsip-Prinsip Utama Stoikisme
1. Keutamaan sebagai Kebaikan Utama:
Stoisisme mengajarkan bahwa satu-satunya kebaikan sejati adalah kebajikan, yang meliputi kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Semua hal lainnya, seperti kekayaan dan kesehatan, dianggap sebagai "hal-hal yang tidak penting" yang tidak menentukan kebahagiaan sejati.
2. Penerimaan Takdir:
Stoisisme mengajarkan pentingnya menerima hal-hal yang tidak dapat kita ubah. Ini termasuk menerima takdir, kematian, dan tantangan hidup. Dengan menerima kenyataan, individu dapat mengurangi penderitaan emosional dan menemukan kedamaian.