Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Afrian

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Carut Marut Oligarki Balikpapan

Diperbarui: 18 November 2023   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Balikpapan adalah kota yang akhir-akhir ini menjadi sorotan setelah penetapan IKN Nusantara yang secara praktis menjadikan Balikpapan sebagai penopang utama. Dengan perekonomian terbesar di seluruh Kalimantan, tak heran kota ini disebut-sebut tampak glamor bagi pendatang yang pertama kali ke Balikpapan.

Sebagaimana halnya dengan daerah-daerah lain di seluruh Indonesia, perpolitikan Balikpapan juga diwarnai nepotisme dan oligarki yang hidup di tubuh pemerintahannya. Nepotisme mulai terlihat saat pemilihan wali kota 2001. Pemilihan ini adalah pemilihan pascareformasi yang masih ditentukan suara anggota DPRD Balikpapan ditambah fraksi TNI-Polri. Melalui lobi panjang, pemilihan saat itu memenangkan Imdaad Hamid cucu dari KH. Ahmad Muksin seorang ulama terpandang dari Kutai Kartanegara. Setelah dua periode, kepemimpinan Balikpapan diraih Rizal Effendi pada pilkada 2011, mantan wakil wali kota yang mendampingi Imdaad Hamid di periode keduanya. Pola yang sama kembali terjadi sepuluh tahun kemudian, Rahmad Mas'ud yang merupakan pendamping Rizal Effendi maju sebagai calon wali kota Balikpapan pada pilkada 2020.

Drama muncul pada pilkada yang diselenggarakan pada saat pandemi Covid-19 ini merebak. Terjadi pecah kongsi antara Rizal Effendi dan Rahmad Mas'ud. Rizal Effendi mengusung rekan separtainya Ahmad Basir dari partai Nasdem. Partai-partai yang dulu mendukung Rizal Effendi menusuk dari belakang. Mereka secara kompak membuat koalisi gemuk Golkar, PDIP, PKS, Gerindra, Demokrat, PKB, PPP, dan Perindo yang menyapu 40 dari 45 kursi DPRD Balikpapan untuk mengusung Rahmad Mas'ud, sehingga Ahmad Basir tidak bisa mencalonkan diri karena butuh sembilan kursi untuk mencalonkan diri.

Rizal Effendi bersama barisan sakit hati secara tersirat mengampanyekan kotak kosong. Hal ini membuat hasil pilkada Balikpapan di luar dugaan. Hasil pilkada tetap memenangkan Rahmad Mas'ud dengan perolehan 62% banding 38% dengan turnout yang jauh lebih sedikit dibanding pemilu sebelumnya.

Rahmad Mas'ud sendiri adalah seorang pengusaha yang tersohor di kalangan elit politik. Perlu diketahui kakak-beradik Mas'ud menempatkan diri pada posisi elit pemerintahan. Rudy Mas'ud adalah adik Rahmad Mas'ud yang menjabat sebagai anggota Komisi III DPR RI fraksi Golkar. Adik bungsunya Abdul Gafur Mas'ud yang sempat menjadi bupati Penajam Paser Utara sebelum tersandung kasus korupsi. Saudara berikutnya Hasanudin Mas'ud yang saat ini menjabat sebagai ketua DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Dinasti Mas'ud ini memiliki kehidupan mewah yang dianggap sebagian orang tak wajar. Abdul Gafur Mas'ud sempat dikabarkan membeli pulau pribadi di kepulauan Balabalakang di selat Makassar.

Kembali pada pilkada 2020, wakil walikota Balikpapan terpilih Thohari Aziz meninggal akibat Covid-19 sebelum dilantik. Hingga tulisan ini dibuat masih terjadi kekosongan wakil wali kota Balikpapan. Pemilihan wakil wali kota Balikpapan berlangsung sangat alot. Fraksi PDIP merekomendasikan Boediono bersaing dengan Risti Utami yang direkomendasikan Golkar. Uniknya, Risti Utami sendiri adalah istri mendiang Thohari Aziz yang juga kader PDIP. Boediono mengundurkan diri beberapa hari sebelum pemilihan. Ini menimbulkan kecurigaan apa yang menyebabkan Boediono mengundurkan diri tiba-tiba. Rahmad Mas'ud dicurigai ingin berkuasa sendiri tanpa wakil, sebab untuk pemilihan wakil wali kota harus ada rekomendasi paling sedikit dua calon. Yang menjadi pertanyaan mengapa harus istri dari Thohari Aziz yang didukung dari partainya Mas'ud. Kecurigaan ini tetap menjadi spekulasi hingga saat ini.

Carut marut nepotisme dan oligarki di Balikpapan semakin terang-terangan dalam menghadapi kontestasi pemilu 2024. Walaupun tercoreng, keluarga Mas'ud tetap haus berkuasa. Rudy dan Hasanudin kembali nyaleg pada pileg 2024. Rahmad, Rudy, dan Hasanudin ketiganya masuk bursa pencalonan Pilgub 2024. Di sisi lain, Rizal Effendi dan istri bersama-sama nyaleg di tingkat yang berbeda. Sebenarnya masih banyak nepotisme yang terjadi di Balikpapan. Mulai dari hubungan suami-istri, orang tua-anak, dan saudara jauh yang sangat panjang jika diungkapkan pada tulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline