Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Afrian

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

Krisis Pertalite di Kota Minyak, Salah Siapa?

Diperbarui: 31 Oktober 2023   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Balikpapan adalah sebuah kota di tepi Kalimantan Timur yang akan menjadi penyangga Ibu Kota Nusantara ke depannya. Balikpapan hingga saat ini menjadi salah satu daerah pengolahan minyak terbesar se-Indonesia di bawah pengelolaan Refinery Unit V Balikpapan. Eksplorasi hidrokarbon minyak bumi dimulai sejak pengeboran minyak pertama pada tahun 1897. Oleh sebab itu, Balikpapan sering dijuluki sebagai kota minyak.

Walaupun Balikpapan dijuluki kota minyak, tetapi hampir setiap tahun selalu terjadi kelangkaan BBM. Kelangkaan BBM, khususnya jenis Pertalite semakin parah akhir-akhir ini. Antrian Pertalite selalu mengular di seluruh SPBU Balikpapan. Antrian Pertalite di salah satu SPBU yang berada dekat dengan Bandara SAMS Sepinggan bahkan bisa mengular mencapai tiga kilometer. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan mengapa Balikpapan yang menjadi pemasok BBM bisa mengalami krisis Pertalite.

Rasanya krisis Pertalite ini disebabkan karena tiga hal. Pertama, krisis ini terjadi akibat isu peralihan BBM jenis Pertalite ke jenis Pertamax. Ada dugaan bahwa Pertalite sengaja dikurangi pasokannya agar masyarakat segera beralih ke Pertamax. Entah bagaimana caranya agar masyarakat tertarik beralih dari Pertalite ke Pertamax sedangkan Pertamax harganya naik. Ini adalah jeratan yang akan semakin melilit masyarakat kota Balikpapan atas kebimbangan haruskah menggunakan Pertamax atau membuang-buang waktu mengantre Pertalite yang entah sampai kapan terlayani.

Kedua, volume kendaraan yang semakin meningkat akibat meningkatnya gelombang transmigrasi dari luar Balikpapan yang dimulai dari pembangunan Ibu Kota Nusantara. Tiga tahun belakangan ada pemandangan unik di kota minyak ini. Plat kendaraan dari luar daerah, seperti plat B, D, DA, DD, dan bahkan BK banyak menghiasi jalanan kota Balikpapan. Kendaraan-kendaraan ini yang belum tentu membayar pajak mungkin bisa menjadi penyebab mengapa terjadi krisis Pertalite.

Ketiga, peningkatan volume kendaraan tidak diiringi dengan bertambahnya pasokan Pertalite. Pemilik kendaraan-kendaraan mewah dari luar Balikpapan yang harusnya mampu untuk membeli Pertamax entah mengapa bersusah payah mengantre membeli Pertalite. Mungkin mereka syok dengan biaya hidup di Balikpapan yang sangat tinggi sehingga harus menghemat dengan membeli Pertalite.

Dengan dijadikannya Balikpapan sebagai daerah penyangga Ibu Kota Nusantara sudah seharusnya persiapan-persiapan dilakukan, termasuk mengatasi krisis BBM. Bukankah Balikpapan yang menjadi daerah pengolahan minyak menjadi prioritas dalam pemenuhan BBM?. Bukankah Pemerintah Kota Balikpapan yang diberikan kuasa di kota ini dapat berkoordinasi dengan Pertamina bagaimana caranya agar kebutuhan BBM di kota Balikpapan terpenuhi dulu baru dikirim ke luar?. Jangan sampai Balikpapan, khususnya daerah seputaran Pandansari yang bersebelahan langsung dengan tempat pengolahan minyak hanya kedapatan debunya saja, tetapi tidak kedapatan minyaknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline