Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Afif

Pembelajar

Krisis Suriah: Siapa yang Diuntungkan??

Diperbarui: 12 Desember 2024   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PENDAHULUAN

Timur Tengah pada dekade ini merupakan wilayah yang paling banyak terjadi konflik dan ketidakstabilan politik. Pada tahun 2024 saja terdapat beberapa konflik yang terjadi di wilayah tersebut, diantara-Nya konflik di Gaza antara Israel dan Hamas, konflik Israel dengan Hizbullah di Lebanon, dan yang terjadi baru-baru ini, adanya pergantian kekuasaan di Suriah. Konflik Suriah sebenarnya sudah berlangsung sejak lama dimulai pada tahun 2011 saat situasi yang disebut dengan Arab Spring.

Arab Spring

Arab Spring atau dalam bahasa Indonesia Musim Semi Arab merupakan rangkaian peristiwa gejolak anti pemerintah di Timur Tengah dan Afrika Utara. Istilah ini dipopulerkan oleh mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2009. Arab Spring sendiri dimulai dari Tunisia, kemudian Mesir, dan kemudian negara-negara di sekitarnya seperti Yaman dan Suriah yang mengakibatkan Perang Sipili hingga saat ini. 

Konflik di Suriah

Suriah atau yang sebelumnya dikenal dengan Republik Arab Suriah merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Irak di sebelah timur, Turki di sebelah utara, Yordania di Selatan, Lebanon di sebelah barat, dan juga Israel di barat daya. Beberapa negara yang berbatasan dengan Suriah memiliki peran secara tidak langsung ke konflik yang ada di negara yang pada zaman dahulu bagian dari negeri syam.

Suriah sejak lama dipimpin oleh keluarga Al-Assad. Melalui partai Ba'ath Suriah, keluarga Assad telah memimpin Suriah selama lebih dari 50 tahun. Dimulai dari Hafez Al-Assad yang mulai menjabat pada 22 Februari 1971 hingga kematiannya pada 10 Juni 2000 dan dilanjutkan oleh anaknya Bashar Al-Assad yang dimulai pada 17 Juli 2000 hingga dijatuhkan oleh oposisi pada awal Desember 2024. Hafez Al-Assad dikenal sebagai pemimpin yang otoriter. Hal serupa juga terjadi pada anaknya sebagai penerus kepemimpinan Suriah sehingga menimbulkan banyak sekali faksi-faksi oposisi yang melawan pemerintahan. Faksi-faksi oposisi ini menimbulkan perpecahan di negara tersebut sehingga mucul perang sipil antara pemerintah dan faksi-faksi oposisi. Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar Al-Assad didukung oleh negara seperti Rusia dan Iran. Sementara faksi-faksi lain didukung oleh beberapa negara yang berbeda.

Sejak tahun 2011 faksi-faksi tersebut melawan pemerintahan Suriah. Namun, dengan bantuan sekutunya, Pemerintahan Bashar Al-Assad mampu menahan faksi-faksi oposisi tersebut untuk mencapai Ibukota Damaskus. Pertempuran-pertempuran yang terjadi seperti di Aleppo membuat banyak korban berjatuhan dan banyak warga Suriah yang mengungsi ke negara-negara lain, paling bayak ke Turki. Akibat konflik tersebut, Suriah merupakan salah satu negara yang paling tidak aman dan maskapai peenrbangan enggan untuk terbang di wilayah udara negara itu. 

Tumbangnya Rezim Al-Assad

Pada hari Minggu, 8 Desember 2024, pasukan oposisi yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham berhasil menduduki Ibukota Damaskus. Pada hari tersebut menandakan jatuhnya rezil Al-Assad dan hingga saat ini Suriah masih dalam kondisi Pemerintahan transisi. Besoknya diketahui bahwa Bashar AL-Assad terbang ke Rusia dan dia bersama keluarganya berhasil sampai dengan selamat di negara beruang merah tersebut. Dari beberapa video yang tersebar, dapat diketahui bahwa rakyat Suriah bergimbara akan hal tersebut.

Suriah Saat Ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline