Jauh panggang dari api adalah istilah kata-kata yang tidak mungkin terjadi. Ungkapan ini pertama muncul ketika sesuatu yang diharapkan tidak sesuai dengan apa yang di ekspetasikan. Bayangkan jika kita membakar sebuah ikan , dan ikannya jauh dari bara api tentu ikan tersebut tidak akan matang. Begitu juga dengan istilah ini pasti jawaban tidak mengenai hasil.
Terkadang seseorang mengungkapkan pribahasa ini sebagai sebuah pertanyaan yang tidak ada jawaban. Ada paradoks tersendiri dalam kehidupan. Dalam falsafah negara kita lihat, apalagi ketika menjelang pemilu tiba, pasti banyak oknum-oknum yang melontarkan janji namun janjinya tidak ditepati. Tentu saja itu mengawali asal usul kata "jauh panggang dari api".
Faktanya , “ jauh panggang dari api ‘’ dari pemilu ke pemilu, dari era ke era, dari masa ke masa. Kualitas bukan bertambah lebih baik namun kekuranganlah yang menonjol. Padahal janji setinggi langgit namunnya nyata dan realitanya tidak sesuai ekspetasi. Inilah mengapa istilah jauh panggang dari api banyak di temui ketika ajang pemilu tiba.
Demi membangkitkan reputasi banyak kita lihat fenomena-fenomena yang tidak mampu diwujudkan namun terus dibudidayakan dituangkan dalam ide dan pemikiran yang tak sepadan dengan bukti real dilapangan. Tentu saja praktik –praktik semacam ini akan menambahkan kekecewa yang mendalam terhadap masyarakat yang mengharapkan negri jujur , adil dan makmur.
Penulis merasakan istilah “Jauh panggang dari api ‘’ akan kembali muncul di tahun pemilu selanjutnya karena kita sudah melihat banyak yang sudah terlibat dan mengambil peran dalam memberikan janji-janji yang besar terhadap masyarakat yang tidak paham politik. Maka oleh karena itu lebih baik sedikit ekspetasi namun memberikan banyak manfaat dari pada terlalu tinggi ijiminasi yang hasilnya memberikan mudharat dalam setiap lini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H