Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aditya Nofrianda

Mahasiswa Jurusan Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

"Tanah AirKu": Program Regenerasi Petani bagi Pemuda di Kawasan Kepulauan

Diperbarui: 21 Mei 2019   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertanian adalah hal terpenting dalam ketahanan pangan nasional. Jika bidang pertanian mengalami masalah sedikit apapun, maka dapat berimbas pada ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan suatu negara menjadi bukti bahwa negara tersebut dapat menyejahterakan masyarakat, mencukupi kebutuhan negara, dan sudah tergolong negara yang cukup baik dalam penyelenggaraan program pemerintahan.

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan hasil pertanian Indonesia di tahun 2016 mengalami surplus senilai $10 miliar atau setara Rp139,6 triliun. Data tersebut membuktikan bahwa pertanian masih menjadi faktor penting dalam pembangunan bangsa dan kian menunjukkan pencapaian terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Tentunya, hal ini menjadi harapan besar bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan pertanian di masa yang akan datang dan kembali mendapat predikat sebagai lumbung padi dunia. Harapan swasembada pangan pun muncul seiring dengan suksesnya kegiatan yang dilaksanakan di bidang pertanian.

Namun, harapan-harapan di atas dapat sirna karena satu masalah besar yang sedang dialami pertanian Indonesia saat ini. Masalah besar tersebut ialah minimnya minat generasi muda untuk dapat berkiprah dalam dunia pertanian. Menurut Sensus Pertanian BPS tahun 2013, jumlah petani Indonesia terbanyak berada pada kelompok usia 45-54 tahun dengan jumlah 7.325.544 orang. Sedangkan, jumlah petani usia muda jauh lebih sedikit dibandingkan kelompok usia lainnya. Petani berusia 25-35 tahun berjumlah 3.129.644 orang, dan petani dalam kelompok usia 15-24 tahun berjumlah 229.943 orang. Perbedaan yang cukup signifikan ini sangat terlihat antara kelompok petani usia muda dan kelompok petani usia tua.

Sumber daya manusia Indonesia di bidang keilmuan pertanian juga mengalami pengurangan dari tahun ke tahun. Data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional menunjukkan lulusan pertanian di Indonesia hanya 3,32% dari seluruh lulusan sarjana di Indonesia. Penyebab minimnya mahasiswa yang menimba ilmu dalam bidang pertanian salah satunya adalah adanya stereotip bahwa berkuliah di bidang pertanian akan mempersempit peluang kesempatan kerja mereka. Beberapa lapisan masyarakat menganggap bahwa jurusan pertanian adalah jurusan yang tidak modern, minimnya peluang untuk bekerja di kota, dan minimnya peluang untuk bekerja di perusahaan multinasional bergaji tinggi.

Data-data di atas menunjukkan bahwa perhatian generasi muda Indonesia terhadap pertanian kian minim. Padahal, sektor pertanian Indonesia semakin membaik dan menimbulkan harapan bagi ketahanan pangan Indonesia di masa depan. Sayangnya, pembangunan sektor pertanian tidak sejalan dengan minat generasi muda Indonesia untuk dapat berkiprah di bidang pertanian. Jangankan menjadi petani yang menanam padi, ikut berkebun, ataupun beternak. Sarjana bidang keilmuan pertanian Indonesia bahkan turut memperlihatkan penurunan. Penurunan ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara maju.

Perhatian dunia yang saat ini sedang terfokus pada pengembangan teknologi menyebabkan generasi muda lebih memilih untuk berkiprah dalam dunia IPTEK yang dianggap lebih modern dan memberikan kesempatan kerja yang lebih luas. Pekerjaan-pekerjaan terkait dunia maya seperti selebgram, blogger, youtuber, hingga cyber security menjadi pekerjaan impian banyak kaum milenial baik di Indonesia maupun luar negeri. Jenis-jenis pekerjaan seperti dalam bidang pendidikan, pertanian, perkebunan, peternakan, hingga kehutanan akhirnya harus rela tergerus di mata para pemuda Tanah Air.

Di antara banyaknya masalah terkait regenerasi pertanian di Indoensia, Kementerian Pertanian berhasil membawa kabar baik. Kementan telah meluncurkan Gerakan Tani Milenial, sebuah gerakan strategis untuk regenerasi petani dan meningkatan produktivitas pertanian. Program ini sudah termasuk dalam program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019 dengan target 1 juta petani milenial. Hingga saat ini, kegiatan Tani Milenial masih berfokus pada santri-santri dari pondok pesantren di Nusantara. Kementan sudah merangkul 4 juta santri untuk membangun pertanian bangsa.

Seiring dengan berjalannya program Tani Milenial, salah satu program usulan penulis yang terkait dengan regenerasi pertanian di Indonesia adalah Tanah AirKu. Tanah AirKu terinspirasi dari pengalaman penulis sebagai pemuda yang hidup di provinsi Kepulauan Riau, yang notabene lebih mengedepankan sektor kelautan dan perikanan dibandingkan pertanian. Fokus masyarakat Kepulauan Riau yang merupakan masyarakat pesisir adalah menjadi nelayan atau menimba ilmu di bidang kelautan dan perikanan. Bidang pertanian di Kepulauan Riau harus rela untuk kalah bersaing dengan bidang kelautan dan perikanan. Padahal, pemerintah telah menggalakkan program agraria di Kabupaten Lingga untuk mewujudkan Lingga sebagai lumbung pangan Kepri.

Program Tanah AirKu terbagi atas dua bagian besar, Tanah dan Air. Bagian pertama yang akan penulis jelaskan adalah Air. Air telah menjadi faktor penting dalam pembangunan masyarakat Kepulauan Riau. Kelautan dan perikanan telah menjadi tumpuan masyarakat Kepri dalam menjalani hidup. Pembangunan kelautan dan perikanan di Kepri disejalankan dengan pembangunan pelabuhan laut, sarana transportasi laut, dan pengolahan ikan. Kegiatan penenggelaman kapal illegal fishing juga membantu pembangunan kelautan dan perikanan di Kepulauan Riau yang merupakan wilayah perbatasan dengan Singapura, Malaysia, dan Vietnam.

Bagian kedua adalah Tanah. Industri terkait daratan atau pertanahan memang dapat dikatakan belum dapat menandingi pamor kelautan dan perikanan di Kepulauan Riau. Jumlah daratan yang hanya 2% dari total luas Kepulauan Riau menyebabkan industri alam berbasis pertanahan seperti pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan di Kepulauan Riau belum dapat menyaingi provinsi-provinsi lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerataan pertanian di Indonesia. Tantangan tersebut adalah bagaimana pertanian dapat terus berkembang secara merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk di provinsi kepulauan dengan jumlah daratan yang minim.

Program Tanah AirKu berfokus pada regenerasi kawula muda dalam dua bidang produktif negeri ini, yaitu kelautan-perikanan dan pertanian. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan dari julukan Indonesia sebagai negara agraris sekaligus negara maritim. Posisi Kepulauan Riau sebagai provinsi kepulauan menyebabkan regenerasi di bidang kelautan-perikanan sudah semestinya dilaksanakan. Sedangkan, pertanian menjadi tantangan baru bagi provinsi Kepulauan Riau untuk dapat menghasilkan lumbung pangan sendiri di masa depan, tentunya dengan melaksanakan regenerasi bagi kalangan muda untuk dapat berkiprah di bidang pertanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline