Lihat ke Halaman Asli

Mencintaimu Tanpa, Berhenti

Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: M. Abdul Rolobessy

Untuk cinta yang tak bisa ku jelaskan, Pada rindu tak bisa ku ucapkan, Namun hanyalah pada bait bait puisi ini yang bisa ku tulis bersama doa-doa saat aku mencium lantai meminta restu sang pencipta. Aku selalu yakin cintaku tak akan pernah menjadi kelopak mawar yang layu, yang gugur saat di tiup angin, pada musim kemarau tiba.


Saat aku mencintaimu hari-hariku nampak ramai sekali, ada apa dengan kita, yang cintanya melarikan diri. Menelusuri mimpi?
Mencaci maki, Atau meludahi bahkan sampai berkelahi karena rindu yang mendunia. Mencintaimu adalah mati yang hidup kembali.

Larut-larut sajak berkeliaran, mencari di mana tempat nya menetap.
Di mana tempatnya menemukan kasih sayang.
Apakah di selokan got?
Ataukah di tempat tikus-tikus berkeliaran ?                                                    mungkin saja, di lorong para penjahat menyembunyikan cinta mereka.

Tetapi pada tempat ini aku sembunyi dan tidur tenang. Mimpi yang selalu aku nantikan.Aku hanya bisa berkata jujur. terhadap cinta yang tak akan pernah berhenti, atau mati.

Namun sejujurnya kejujuran bermain mata dengan liar. entah perempuan asmara, agama,  dan politik.                             Bilamana surga dan neraka, lari menuju nikmat di atas kulit lida yang bernyala.

Tanpa dosa.                                                   Tanpa hikmat.                            Menumbuhkan karang-karang gigi.   Menghidupkan kuman-kuman berkecambah, dan semua manusia telah mati Cintanya. menjadi Rahan-rahan yang gugur. membusuk menjadi lahan-lahan tandus.

Sedangkan kita, bertemu mulut dan bibir berseri sang pencipta. Dengan dalil yang paling suci kita ucapkan bersama-sama.    Maukah, kau bersamaku selamanya,tanpa luka dan duka.

Kutipan:

"Puisi ini sengaja beta tulis, untuk seseorang perempuan berdarah laut.  Matanya bagiku adalah kehidupan yang paling tenang ketika beta memandangnya, tidur dan juga berenang di dalamnya." 

"Beta terlalu akrab untuk katong yang sudah terlanjur asing. Yah; hanya puisi yang bisa beta abadikan. beta punya rasa kedalam yang dimana dia gagal menyelam bersama-sama" 

           

Sumber penulis: M. Abdul Rolobessy




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline