Raditya Dika seorang actor sekaligus komedian juga mempunyai bakat dan kemampuan dalam mengasah serta memproduksi film, banyak diantara karya-karyanya yang sudah bergerak ke telinga masyarakat indonesia, dengan berbagai genre-nya yang dapat menghadirkan kesan serta pesan baru pada para penontonnya.
Film yang baik selalu bisa menghadirkan rasa atau kesan yang baik bagi para penontonnya serta dapat memberikan pelajaran akan nilai-nilai kehidupan maunpun budaya yang tertera pada film tersebut, seperti salah satu film action comedi karya Raditya Dika yang berjudul Hangout (2016) yang tak heran mendapat nominasi film terbaik di Indonesia karena berhasil menggocek dua juta tikect bioskop dalam satu jangka waktu minggu, hal ini dikarenakan filmnya dipangkas secara apik dan dengan kualitas penggambaran sekelas internasional, selain itu, film yang baik juga basa dilabeli dengan penghargaan-penghargaan suatu film, yang dimana hal ini terdapat pada karya Hangout dengan label 6/10 dari 611 suara pada IMDb yang dimana hal ini hampir menyamai karya-karya terbaik di seluruh dunia seperti Knives Out dengan rating 7,9/10 (2019) dari 467.918 suara.
Namun, berbeda dengan film terbaru Raditya Dika pada tahun 2018 yang berjudul THE TARGET, dengan genre drama comedi-nya, yang mengisahkan suatu hubungan pertemanan yang kini nyawa mereka terancam dikarenakan adanya game master tatapi deskripsi tersebut menghadirkan kejanggalan dalam cerita filmnya, salah satunya ialah ialah begitu mudahnya game master mengajak para tokoh yang berada pada film the target untuk mengikuti perintahnya, hal ini pun menjadi kurang realistis apabila terjadi daam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, sudah seharusnya Raditya Dika dengan filmnya the target ini mempunyai perkembangan ke arah yang berbeda atau bahkan lebih baik apabila dibandingkan dengan karya-karyanya di tahun yang lalu dengan genre yang sama, namun, the target seakan-akan disajikan dengan gaya misteri dan comedi yang mirip dengan hangout karya raditya dika pada tahun 2016.
Jika dalam segi penceritaan, sebenarnya the target memiliki ciri khas yang baik, namun saja, pada tahun 2018 ini cerita tersebut disajikan dengan suatu eksekusi yang tidak pas dan akurat yang menjadikan ceritanya terkesan sedikit monoton terutama pada aktor-aktor penting dalam filmnya, yaitu Raditya Dika dan Cinta Laura. Dengan tahun terbit 2018, unsur komedi yang dihadirkan pun seperti menggunakan gaya komedi jaman dulu sepeninggal tahun 2016-an.
Apabila digambarkan, cerita dalam film the target ini ialah seperti kisah orang-orang dewasa yang kemudian diundang untuk datang ke suatu tempat, hingga di tempat itu mereka tidak bisa keluar dan terjebak dari tempat tersebut,lalu muncul hal yang menarik dari film ini, di mana para aktornya menggunakan baju serba putih diselingi komedi yang garing dan adanya kemunculan game master yang dimana hal ini nampaknya menjadi salah satu film comedi misteri pertama di Indonesia, dengan persiapan cerita yang rapi, namun penyajian yang belum akurat.
Begitu juga dari segi penyajian gambar atau visual, yang apabila dibandingkan dengan karya Hangout sebelumnya, film the target jauh tertinggal darinya, hal ini dikarenakan penyajian warna yang itu-itu saja, serta efek kejadian yang tidak realistis dan terbawa kedalam dunia yang cukup lebay, hal ini tentu berbeda dengan Hangout, walapun disajikan secara komedi, namun action dan misteri Hangout tetap berjalan sepenuhnya .
Kemudian, apabila ditinjau dari segi penilaian khalayak umum pada situs IMDb (Internet Movie Databese), The Target yang diolah dengan tampilan seperti film pada umumnya atau biasa-biasa saja dan dengan tampilan isi cerita yang disajikan dalam dunia yang sedikit alay, berhasil menoreh perolehan angka 4/10 dari 403 suara, hal ini tentu berbeda dari karya filmnya pada tahun 2016yaitu Hangout yang mendapat rating IMDb 6/10 dari 611 suara, yang notabene seharusnya film ini kalah dari segi kualitas alat, visual serta ide , karena perbedaan alat yang semakin canggih serta ide dari pengalaman-pengalaman, yang seharusnya dapat menjadikan film the target berkembang karah yang lebih baik dikarenakan film ini dihadirkan pada tahun 2018 (sehingga alat dan ide untuk memproduksi dan mengolah film dapat lebih canggih dari tahun-tahun sebelumnya).
Namun, tidak masalah apabila Raditya Dika membawa filmnya kedunia yang berbeda, ini merupakan hal yang baru dan patut diapresiasi kepadanya, karena ia berani untuk berbeda dalam menyajikan filmnya, dari segi pembawaan dan ceritanya. Begitulah Raditya Dika, selalu menampilkan hal-hal unik dan baru untuk disajikan kepada masyarakat.
Terima Kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H