PSIKOLOGI TINGKAT KESADARAN SIGMUND FREUD
Jika kita akrab dengan ilmu psikologi, kita semua pasti mengenal Sigmund Freud, ahli psikologi yang terkenal pada era-nya dengan teori tingkat kesadaran yang dikemukakannya. Tingkat kesadaran manusia menurut Freud dibagi menjadi 3, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
Dalam keadaan sadar (consious), setiap aktivitas mental seperti pikiran, persepsi, perasaan dimana manusia itu bisa merasakan maupun mengontrolnya. Contohnya, ketika kita sedang meminum susu cokelat di malam hari, kita sadar dan bisa berfikir bahwa yang sedang kita lakukan adalah demikian.
Kemudian saat susu cokelat itu habis, lalu kita tidur dan bermimpi. Saat kita bermimpi, kita sempat tidak sadar, namun kita bisa sadar ketika bangun tidur nanti, itulah yang dinamakan prasadar (preconsious).
Pagi pun tiba, saat kita bangun dari tidur, kita merasa haus dan segera meminum segelas air putih karena naluri kita ketika haus akan mencari sesuatu yang bisa untuk diminum. Nah itu lah yang dinamakan tak-sadar (unconscious).
Disini saya tidak akan membahas ketiga kesadaran itu namun hanya pada yang tak-sadar (unconscious). Tingkat tak-sadar (unconscious) merupakan tingkat kesadaran yang paling banyak menyetir kita, mengontrol semua perilaku kita dibanding tingkat sadar dan pra-sadar. Kita tentu tidak sadar karena itu masuk pada bagian alam bawah sadar dan terjadi begitu saja akibat dari pengalaman masa lalu, naluri, insting, dan lain - lain.
Bagaimana kita sebagai ummat muslim memiliki sebuah unconsious yang sesuai dengan ajaran islam sehingga dalam setiap kehidupan kita secara otomatis disetir oleh islam itu sendiri ? Semua itu pastinya berawal dari pendidikan karakter sejak kecil yang menentukan kepribadian setiap manusia.
TINGKAT KESADARAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER ISLAM
Pendidikan sejak dini adalah sebuah kunci penting dalam membentuk karakter anak. Pendidikan tidak hanya sekedar men-transfer pengetahuan namun men-transfer nilai dari pendidikan itu sendiri. Jika karakter individu yang bersifat unconsious itu didasari nilai-nilai islam sebagai pondasi/dasar utama maka akan lahir jiwa karakter yang kuat dan menjadi generasi yang baik kedepannya.
Tujuan utama pendidikan karakter menurut Islam adalah membentuk kepribadian peserta didik sehingga memiliki etika, dan rasa berbudaya yang baik serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan bisa dilakukan dimana saja, tidak hanya di sekolah atau madrasah, akan tetapi juga di rumah (keluarga), maupun di masyarakat. Untuk menyegarkan kembali konsep pendidikan yang akan mampu membentuk karakter dan membangun akhlak mulia.