Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rasyid Ridho

Mengabdi di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Suka membaca dan menulis. Suka mengajak orang baca buku dan menulis. Suka jualan buku. Menulis banyak tulisan di media massa cetak ataupun online. Telah menulis belasan buku antologi dan satu buku solo kumpulan puisi "Kita Adalah Cinta."

Memoar yang Menggetarkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : “De Liefde” Memoar Sekar Prembajoen

Penulis : Afifah Afra

Penerbit: Afra Publishing

Tahun Terbit: Januari 2010

Jumlah Halaman: 456 Halaman

Kesepian cinta akan hadir bila kita terjauhkan dari yang dicinta.Apalagi terjauhkan dengan cara pengasingan, yang begitu rumit ceritanya. Begitu Sekar Prembajoen, dalam negeri pengasingan, walau di asingkan di negeri Belanda. Meskipun lebih teramat enak daripada interinan lain, perasaan getir dan was-was selalu datang tanpa di undang, lebih-lebih kekhawatirannya karena negeri tempat ia di buang cenderung mendoktrinnya dengan pemahaman liberal. Ia semakin tak tahan, ingin lari, tapi tak akan tersanggupi.

Sebuah kisah perjuangan Indonesia saat masa penjajahan Belanda. Tentu sangat pahit, ketika idelisme antara perjuangan dan cinta di pertaruhkan. De Liefde, sebuah kisah besutan Afifah Afra yang satu ini merupakan sekuel kedua buku De Winst yang lebih dulu terbit dan hasilnya best seller. Merupakan kelanjutan, buku sebelumnya kisah-kisah di dalamnya tetap mengisahkan tokoh-tokoh terdahulu, di tambah dengan tokoh-tokoh baru yang kemudian menjadi munculnya kisah-kisah dalam novel ini. Karena ini adalah sebuah novel memoar Sekar Prembajoen, jadi kisah pembuangannya di negeri Belanda mendominasi.

Mba Afra -sapaan akrab Afifah Afra- memang termasuk penulis yang sangat perhatian dengan epik kemerdekaan. Dari trilogy sebelumnya Bulan Mati di Javanese Orange, sampe yang terbaru ini. Semua berlatar epik kemerdekaan Indonesia, namun di Novel ini Mba Afra lebih menonjolkan idealisme yang harus di pegang teguh. Hampir sama dengan buku sebelumnya De Winst, yang juga menonjolkan ini. Namun, ramuan-ramuan cinta tetep ada tentunya, tetapi bukan cinta picisan yang ada dalam novel-novel biasanya. Cinta yang ada antara idealisme dan perjuangan kemerdekaan. Perjalanan prembajoen dalam pengasingan yang terasa berat walaupun dalam keadaan yang bisa di bilang enak. Sebuah Novel mantap dan menggugah, memoar yang menggetarkan, so jempol untuk mba Afra.

21.06.2010, KMI Al-Ishlah Office

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline