Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ichsan

Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

Menikmati Romantisme Puisi Dermaga Biru

Diperbarui: 28 Februari 2016   22:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agaknya romantisme yang diendapkan lebih terasa. Kesyahduan rindu, harapan yang menggelisahkan, dan perjuangan memperoleh cinta yang ideal lebih menggetarkan. Tentunya romantisme yang demikian tak begitu saja hadir serta merta tanpa upaya merefleksi unsur-unsur tertentu yang berperan membentuk pengalaman romantik konkrit dalam kehidupan individual seseorang.

Mengapa bisa begitu? Sebab, dari satu sisi, romantisme dalam pengalaman berkesan seseorang adalah upaya pemaknaan atas pengalaman hidup yang dihayati. Ini merujuk pada pelbagai peristiwa yang berkaitan dengan relasi inter-personal manusia yang intens sehingga menorehkan kesan yang mendalam. Pada sisi yang lain, romantisme hadir sebagai salah satu bentuk pengungkapan keberadaan diri manusia yang dikonsepsikan sebagai kebenaran eksistensial.

Artinya, ketika seorang individu ’mendunia’ bersama eksistensinya, ia menjalani perannya sebagai bentuk manifestasi pengambilan keputusan subjektif yang mandiri. Bersama dengan kemandirian mengada tersebut, ia memilih untuk berelasi dengan orang lain, mengikat ataupun terikat dalam cinta yang institusional. Dan, di dalam ruang cinta yang terlembagakan sedemikian rupa itu, manusia memasuki alam romantik akibat penghayatan atas makna mengasihi, merindukan, mengharapkan sekaligus merasa gamang apabila pencarian makna ideal dari hal-hal tersebut belum ditemukan seluruhnya.

Demikian yang bisa kita rasakan ketika mencicipi manisnya romantisme dalam puisi Dermaga Biru karya Christian Dari Timor. Agar lebih terasa lagi madunya, sebaiknya kita simak bersama puisi tersebut secara lengkap.

DERMAGA BIRU
Oleh Christian Dari Timor

ada sepotong senja yang kupetik di dermaga biru
kularung di atas rindu
untuk mencari permata hati
yang dalam keheningan matanya
aku terantuk

nafasku menggigil menghirup senyumnya
suaraku patah saat bibirnya berucap mawar
tempat sekuntum cinta diam
yang tak menangis ketika harumnya dicuri

ya, teruslah berdansa di sana
bila senjaku tiba
tetaplah berdandan
aku menantimu
seperti laut
rumah, tempat senja lahir dan lelap

Parafrasa Puisi Dermaga Biru

I

(Ketika melesat bayangan dirimu, tahukah kau?) Ada sepotong senja yang (selalu) kupetik di dermaga biru. (Dalam kesyahduan yang menyelimuti kalbuku, ia) kularung (biarlah hanyut) di atas (riak ombak lautan) rindu. (Kuikuti kemana arahnya) untuk mencari permata hati (seperti dirimu yang teramat kurindu) yang dalam keheningan matanya (mampu menggenggam jiwaku hingga) aku terantuk (tidak mampu beranjak karena pesona cahaya kasih).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline