[caption caption="Everything happens for a reason I believe. ~ Otis Johnson"][/caption]
Lelaki itu tak muda lagi. Ia bernama Otis Johnson, 69 tahun. Seorang warga negara Amerika Serikat, yang tercerabut dari lingkungan sosialnya sejak ia berusia 25 tahun, dan akibat prilakunya yang berlawanan dengan hukum, ia pun harus mendekam selama 44 tahun di dalam penjara.
Setelah dibebaskan, Johnson mengalami culture shock. Suasana amat berbeda, asing dan segala sesuatu begitu baru, membuat dirinya dikepung beragam perasaan takjub. Berikut penggalan kisah pengalaman hidupnya yang dramatik, yang saya terjemahkan dan narasikan kembali untuk disajikan kepada pembaca. Narasi terjemahan ini bersumber dari wawancara berbahasa Inggris Aljazeera TV.
”Nama saya Otis Johnson. Usia saya saat ini 69 tahun. Saya masuk penjara saat berusia 25 tahun, karena melakukan percobaan pembunuhan terhadap seorang petugas polisi – menyerangnya. Kehidupan dalam penjara sangat mempengaruhi diri saya. Sehingga, ketika saya masuk kembali ke masyarakat, awalnya saya agak mengalami kesulitan; karena apapun yang saya saksikan di luar telah banyak berubah.”
”Saya perhatikan keadaan di sekitar, hal-hal baru telah terjadi. Wow!” serunya heran ketika plesiran memasuki kawasan Times Squares di Kota New York.
44 tahun dalam penjara membuatnya segalanya demikian berbeda di matanya. Perubahan yang disaksikan amat akseleratif. Kecepatannya seperti mustahil dapat terbayangkan oleh Johnson. Dulu ia hanya melihat orang-orang berlalu di sepanjang pertokoan yang jendelanya biasa-biasa saja. Sekarang tiap jendela itu telah menjadi layar video. Gambar iklan multimedia berselang-seling melesat dalam hitungan detik. Perubahan ini begitu menggila baginya.
”Saya saksikan semua orang, atau mayoritas dari mereka sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Lalu, saya berjalan lebih dekat lagi ke mereka. Ternyata mereka memasang ”sesuatu” di telinganya yang tersambung dengan telepon. Saya heran, kok bisa? Mereka menyebut benda tersambung dengan telinganya itu iPhone, ya seperti itulah katanya. ”
”Melintas pikiran dalam benak saya. Apakah semua orang ini agen CIA? Karena itulah yang terbersit dalam pikiran saya saat melihat mereka. Seseorang yang berjalan dengan kabel tersambung di telinganya pada masa tahun 60-an sampai 70-an adalah agen rahasia.”
”Wow!” serunya takjub. ”Terkadang saya mencoba membayangkan bagaimana mereka bisa seperti itu? Berjalan tanpa pernah mengontrol langkah kaki. Berbicara dengan telepon tanpa sekalipun memperhatikan ke arah mana tujuannya. Hal itu sedemikian menakjubkan bagi saya.”