Oleh M.E. Irmansyah (ISDT-Institute for Studies and Development of Thought)
Laporan pandangan mata dari Seminar Nasional 2017 dengan judul "Peranan Administrasi Publik Dalam Mewujudkan Pembangunan Ekonomi Yang Mensejahterakan Untuk Mengatasi Persoalan Kesenjangan Ekonomi & Rasa Kebangsaan."
Bertemu dengan DR. Rizal Ramli, Menko Maritim ke empat yang juga pernah menjabat beberapa jabatan menteri serta jabatan publik lainnya ini selalu saja kita mendapat hal baru atau menguak kisah yang selama ini tidak diketahui oleh khalayak ramai bahkan berpetualang dalam pemikiran.
Begitupula ketika Rizal Ramli tampil sebagai pembicara didepan para mahasiswa paska sarjana magister administrasi publik Institut STIAMI di gedung Lemhanas, Jakarta Pusat pada hari Sabtu 21 Oktober 2017 kemarin. Rizal Ramli mengharapkan agar para alumni Institut STIAMI ini suatu saat nanti bisa seperti ENA (Ècole nationale d'administration) yaitu suatu perguruan tinggi di Perancis yang top dibidang Public Administration dimana banyak alumninya menjadi penentu kebijakan yang top baik di pemerintahan maupun juga di bidang bisnis.
"Kalau di Perancis ada ENA yang milik pemerintah, maka di Amerika ada Wharton Public Administration School, ada Harvard-Kennedys Public Administration School dan top five di Amerika yang semuanya swasta. Tapi dua-duanya baik di Perancis maupun di Amerika mendidik kader-kader public administration yang tangguh .. yang canggih.., yang bisa menangkap hati dan perasaan rakyat dan mencarikan solusinya.", nasihat Rizal Ramli pada mahasiswa paska sarjana Institut STIAMI yang mahasiswanya banyak pegawai negeri dan pamong praja tersebut.
Kemudian Rizal Ramli menambahkan, "Istilah saya kelemahan kita di Indonesia sering, ... banyak yang pintar konsep.., banyak sekali. Tapi jarang yang memiliki Operational Leadership Capacity, yaitu kemampuan memimpin yang operasional. Bagaimana mengubah mimpi, mengubah visi menjadi kenyataan, sering ada bolong disini. Visinya bagus.. wawasannya bagus, tapi kenyataannya di lapangan banyak sekali masalah, .... di lapangan berantakan! Nah, saya berharap bahwa suatu saat nanti Indonesia bangga pada alumni STIAMI.".
Ada yang menarik dan perlu digaris bawahi atas ucapan Rizal Ramli pada seminar tersebut bahwa public administrator yang baik itu tidak menutup-nutupi fakta. Rizal menambahkan bahwa di Indonesia ini banyak orang pintar tapi mentalnya itu banyak yang feodal dan ABS (Asal Bapak Senang).
Rizal Ramli pun memberikan contoh ketika dia menjadi Kepala BULOG (Badan Urusan Logistik) 17 tahun yang lalu. Ketika itu Rizal sebagai Kepala BULOG ingin pergi ke Karawang, Jawa Barat yaitu gudang beras nomor satu di Indonesia. Rizal sengaja tidak memberi tahu para pejabat BULOG perihal kunjungannya ke Karawang tersebut, dia hanya membawa asisten dan supir saja bersama para wartawan media cetak maupun wartawan televisi. Namun rupanya kedatangannya itu bocor sehingga ketika sampai di Karawang sudah ada pejabat BULOG daerah dan pusat menunggu disana.
Rizal Ramli pun tak kehilangan akal, dia suruh asisten yang mengiringinya pergi melakukan cek harga di area radius 10 km dari gudang Dolog Karawang dan supirnya sendiri disuruh tanya harga gabah di lokasi yang radius nya 5 km dari gudang Dolog tersebut, sementara Rizal Ramli tinggal bersama pejabat BULOG dan para petani gabah.
Rizal pun bertanya kepada para petani gabah tersebut disaksikan para pejabat BULOG, "Berapa harga gabah hari ini?", petani gabah pun menjawab pertanyaan Rizal Ramli dengan spontan dan serempak, "2500 rupiah pak!".Mendengar jawaban para petani itupun Rizal tersenyum puas, ternyata anak buahnya bekerja dengan baik, sebab biasanya waktu panen harga gabah dibawah patokan harga pemerintah.
Namun tak berapa lama kemudian telepon genggam RR, demikian nama panggilan Rizal Ramli tersebut berdering dan ternyata laporan dari asisten maupun supirnya mengatakan bahwa harga gabah di kedua lokasi tersebut adalah Rp. 2,100/kg (Dua ribu seratus rupiah per kilogram).