Lihat ke Halaman Asli

HME Irmansyah

Ipoleksosbud

Rizal Ramli Benar, Kini Saatnya!

Diperbarui: 5 November 2015   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang tidak mudah mengurus negara dengan 250 juta kepala ini. Masing-masing merasa benar sendiri. Namun sebenarnya apapun perbedaannya tidak apa-apa selama kerangka berfikir dan dasar tindakannya untuk kepentingan rakyat banyak. Dan yang terpenting adalah apapun keputusannya harus berlandaskan pasal 33 UUD 45.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli menegaskan jika para pejabat dan pembuat kebijakan di Indonesia melaksanakan pasal 33 UUD 45 maka Indonesia akan makmur. Demikian ditegaskan Rizal saat menjadi keynote speaker dalam acara Roundtable Discussion Lembaga Ketahanan Nasional ( Lemhanas), Jakarta Pusat pada hari Selasa kemarin (3/11/2015).

Rizal Ramli lebih lanjut mengatakan, "Kita miskin karena kita kaya. Kalau kita miskin beneran... ya pantas miskin. Tapi ini karena kita kaya.".

Apa yang dikatakan Rizal memang benar, sejarah sudah mencatat sebuah cerita sedih tentang kemiskinan sebuah negara kaya akan sumberdaya alamnya, tapi sayang dibawa kabur keluar negeri tercinta ini tanpa kita dapat sesuatu apa yang berarti. Buktinya dari dulu kita begini terus. Rakyat kebanyakan terus mengalami kesulitan hidup, yah .... hanya cukup hidup pas-pasan saja. Kalau ada, itupun hanya gula-gula permen penghibur saja. Walaupun ada segelintir kecil orang mengalami hidup yang lebih dari cukup bahkan berlimpah. Kita lihat saja crude oil dibawa keluar, disuling di luar negeri kemudian dibawa kembali ke negara penghasil minyak yang namanya Indonesia. Berapa biaya atau cost yang terbuang dari perjalanan hilir mudik crude oil atau minyak mentah tersebut? Delivery cost itu bisa mencapai USD 30/barrel. Sesuatu yang sebenarnya sia-sia.

Dibidang tambang, sama juga. Berapa banyak hasil tambang kita dibawa berbongkah-bongkah tanpa kita sempat tahu dengan pasti barang tambang apa saja yang dibawa keluar negeri itu karena tidak adanya smelter disini. Padahal hasil tambang kita mengandung REE Rare Earth Element atau unsur tanah jarang yang baru ditemukan dan memiliki harga jual tinggi, misalnya bahan baku untuk baterai masa kini yang dipergunakan oleh smartphone.

Menurut Rizal, sekarang inilah waktu yang tepat untuk menulis ulang sejarah bangsa. Rizal membeberkan sudah banyak kesempatan emas yang diberikan oleh Tuhan untuk Indonesia namun disia-siakan karena ulah pejabatnya yang tunduk pada asing dan gampang disogok oleh pemilik modal.

Rizal Ramli yang sudah menjadi aktifis sejak masa kuliahnya di ITB dulu ditahun 1970an dan bahkan pernah ditangkap ketika menjadi aktifis mahasiswa tahun 1977-1978 karena melawan rejim Soeharto ketika itu, merasa sangat prihatin terhadap kondisi negara dan bangsa ini. Rizal sudah membuktikan dirinya untuk tidak mau berkomplot dengan comfort zone members, dengan para pemburu rente. Dia terbukti konsisten sejak dulu. Kini ketika dia berada di tampuk pemerintahan, dia tidak berputus asa bahkan dia ingin membantu pemerintah agar semuanya lebih fair. Rizal sama sekali tidak anti asing. Dia cuma ingin semuanya berada dalam tataran fairness, win-win game.... not win-lose game.

Kenapa selama ini terjadi  unfairness? Karena ulah pejabatnya sendiri yang mau diatur dan menyerahkan segalanya kepada pihak asing, maunya enak dan terima bersih (termasuk rente) dan tidak mau berkeringat. Dalam pikiran pejabat kita hanya mau tebang pohon di hutan dan langsung dijual kayunya secara gelondongan tanpa mau pikir untuk downstream nya sehingga bernilai tambah (added value).  Sungguh menyedihkan memang. Oleh karena itu kita harus tatap masa depan dengan penuh harapan dan semangat. Kita harus keluar dari lubang kegelapan tersebut. Sudahlah, kita buka lembaran baru.

Ya..., nasib bangsa ini sekarang terletak ditangan kita sendiri. Maukah kita berubah? Kalau ya... mulailah dari sekarang. 

*) Gambar foto koleksi pribadi: Rizal Ramli didepan Lemhanas Selasa 3/11/2015. Disebelahnya Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline