Lihat ke Halaman Asli

Seluit Senja

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari itu telah berlalu katamu, Dari tatapan gunung dan burung walet, Yang mengarungi cahaya kemerahan merekah itu, Di balik laut yang damai, Matahari itu telah hilang katamu, Matahari yang senantiasa menelanjangi bumi, Dan memanjakan anak burung gereja, Pada lekuk gedung tua di pojok kota, Tapi, kini semua hanya mimpi bagi kita, Bak bung mawar yang menanti kumbang, Mengecup keningnya. Lalu, kapan matahari itu tiba di balik seluit senja, Senja penantian kita pada senyum ibu pertiwi, Yang mengharap mimpi pada anak – anak jalanan, Dan orang-orang miskin sudut kota ini, Lalu, anak yatim itu mendengkur pada laju kereta dan sepeda motor, Yang merajai jalur kehidupan, Pada setiap gerbong mimpi, Yang telah kita bina di balik kerajaan sepi, Yang damai dan tentram, Tarakan, 05 Maret 2014 MA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline