Lihat ke Halaman Asli

UAN Vs Pendidikan Karakter

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebentar lagi sekolah-sekolah di indonesia akan melaksanakan kegiatan tahunan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang sekarang disebut dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (UAN).

UAN sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan pembelajaran sekolah dan barometer keberhasilan pendidikan juga menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk menilai bagus tidaknya sekolah tersebut.

Dalam UAN Pemerintah telah menentukan standar kelulusan dengan tujuan untuk memacu peningkatan pendidikan di Indonesia. Namun realita yang ada dengan adanya standar UAN adalah ketakutan yang berlebih dari semua pihak. Anak didik takut kalau tidak lulus, orang tua takut menanggung malu kalau anaknya tidak lulus, guru takut dikatakan guru yang tidak profesional karena anak didiknya tidak lulus, sekolah takut dianggap tidak bermutu karena tingkat ketidak lulusannya rendah, dinas pendidikan takut menanggung malu kalau anak didik di sekolah-sekolah di bawahnya ada yang tidak lulus.

Dan yang terjadi adalah semua pihak saling berbahu untuk menyukseskan UAN, dan itu yang kita harapkan. Namun bisa jadi ada juga yang bahu membahu “meluluskan” anak didiknya dengan berbagai cara sehingga mengesampingkan pendidikan karakter yang ada. Misal, anak didik yang diajari kejujuran bisa jadi mereka diajarai bagaimana cara kecurangan dalam mengerjakan soal UAN. Guru sebagai teladan dalam berkarakter mungkin ada juga yang berusaha melakukan kecurangan dengan membeli kunci jawaban. Bahkan ada yang bilang (semoga tidak benar), ketika ada guru yang mencoba berbuat tegas dalam mengawasi UAN malah diingatkan ketika pulang dari sekolah oleh panitia “Pak, tolong ‘kerjasamanya’ dalam mengawasi ujian besok”.

Sebenarnya usaha pemerintah cukup bagus dengan mengadakan UAN, Pendidikan berkarakter, dan sebagainya namun SDM kita mungkin yang belum siap menerapkannya. Baik dari input anak didik maupun pelaksana pendidikan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline