Kontestasi Pemilu 2024
Rakyat Indonesia saat ini bersiap menuju kontestasi politik pemilihan Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia (RI) 2024, gegap gempitanya pemilihan calon pemimpin bangsa sudah mulai terasa saat ini. Meskipun pemilihan presiden akan berlangsung dua tahun lagi, keriuhannya ditandai dengan lalu Lalang kandidat calon presiden 2024 yang kian ramai di media. Wajah wajah mereka selalu menghiasi setiap ruang rubrik pemberitaan baik itu di media sosial, media cetak seeprti koran maupun juga televisi.
Terbaru nama gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dideklarasikan oleh partai Nasdem sebagai kandidat calon presiden RI 2024.
Tidak hanya itu nama lain yang juga telah tampil kepermukaan seperti Puan Maharani ketua DPR RI, kemudian Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat, Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah, Andika JendralPerkasa Panglima TNI, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianti menjadi kandidat yang juga menyeruak kepermukaan sebagai calon presiden Republik Indonesia Selanjutnya.
Rakyat Indonesia saat ini dihadapkan dengan pilihan yang cukup banyak dan sulit. Rakyat rasanya akan kesulitan dalam memilih dan menilai calon pemimpin yang semuanya dirasa cukup kompeten dan memiliki kredibilitas mumpuni, itu tercermin karena masing-masing dari calon presiden itu sebelumnya telah menjabat sebagai kepala daerah di masing-masing provinsi di Indonesia. Akan tetapi itu bukan ukuran mutlak untuk menjadi pemimpin dari 300 juta jiwa rakyat Indonesia, sudah barang tentu itu juga sudah disadari oleh masing-masing kandidat presiden dan wakil presiden RI.
Masyarakat Jangan Terpecah karena Pemilu
Demokrasi empat tahunan ini menjadi ajang unjuk kemampuan bagi masing masing kepala daerah yang akan mencalonkan diri maupun dicalonkan oleh partai akan berusaha utntuk meyakinkan masyarakat dengan manuver-manuvernya supaya dapat terpilih dalam kontestasi di 2024 mendatang. Tentu kita masih ingat bagaimana pesta demokrasi rakyat ini, dalam dua periode kebelakang.
Begitu banyak intrik-intrik yang membawa perbadaan pada dua kubu. Adanya dua kubu ini membawa pandangan yang juga berbeda, masing masing suara masyarakat tidak hanya terpecah dalam hal padangan politik tapi lebih jauh dari itu adanya saling intimidasi dan saling mencelah lewat media.
Tidak hanya itu menurut Wakil ketua Komisi II DPR RI permasalahan lain yang juga sering kali muncul seperti halnya di tahun 2019 lalu yaitu potensi terjadinya masalah pada logistic pemilu, data pemilih, kapastitas dan beban kerja petugas hasil perhitungan suara hingga adanya gugatan hasil Pilpres. Semuan komponen-komponen tersebut bisa jadi berpotensi menjadi sebuah kekisruhan.
Retetan kejadian yang menimpa bangsa Indonesia saat itu, tentu akan membawa persepsi dua kubu masyarakat yang terpecah, dua kubu yang akan saling berbeda penafsiran terkait peristiwa yang terjadi. Ada yang mendukung Sebagian menjadi penentang. Ada yang pro juga ada yang kontra. Belum lagi para buzzer yang berkeliaran di luar sana, mereka tentu saja menjadi bagian dari perpecahan yang terjadi di masyarakat karena sedikitnya memberikan informasi yang tidak benar. Itu terjadi karena fanatisme yang berlebihan dalam mendukung calon presiden yang maju dalam kontetasi politik empat tahunan tersebut.
Pemilihan presiden ibarat harga mati bagi kita pihak rakyat, apa yang kita pilih itu yang akan menentukan bagaimana kondisi ekonomi, sosial kita rakyat Indonesia. Seperti halnya sebuah pilot dalam sebuah pesawat kita adalah penumpangnya, seperti halnya juga seorang sopir kita adalah penumpangnya. Kita rakyat akan mengikuti tujuan dan kemana pilot akan pergi. Setiap pilihan-pilihan seorang presiden dan wakil presiden akan menentukan dimana posisi ekonomi bangsa Indonesia. bila pemimpin baik tentu saja rakyat akan Makmur, sejahtera dan Bahagia.