Seperti yang kita ketahui saat ini China atau Tiongkok telah muncul menjadi salah satu kekuatan besar, bukan saja hanya di Asia bahkan di dunia. Dengan munculnya sebuah negara calon superpower baru tentu akan menciptakan kekhawatiran bagi negara yang sudah hampir bertahun-tahun telah menjadi kekuatan tunggal di berbagai kawasan di dunia ini yaitu Amerika Serikat. Timbulnya rasa kekhawatiran tersebut akhirnya menimbulkan persaingan diantara kedua negara ini, baik itu dari segi ekonomi, politik, maupun dari segi militer. Dampak dari persaingan kedua negara ini menyebar bahkan bisa dirasakan oleh negara-negara di dunia ini tak terkecuali Indonesia.
Indonesia cukup banyak terkena dampak dari rivalitas kedua negara ini. Jika dilihat dari aspek geopolitik, Indonesia bahkan negara-negara Asean sempat bersitegang dengan China karena klaim sepihaknya tentang laut Natuna serta laut China Selatan.
Letak geografis milik Asia Tenggara terutama Indonesia telah lama menjadi sasaran empuk pasar bagi negara-negara besar Eropa bahkan Asia, ini disebabkan karena besarnya potensi serta kekayaan alam yang ada. Oleh karena itu Asia Tenggara menjadi salah satu Kawasan yang diperebutkan negara-negara besar untuk menebar pengaruh baik itu dari segi ekonomi maupun politik.
Posisi serta letak Indonesia yang strategis justru berpotensi menjadi bumerang bagi negara kita sendiri, jika kita sebagai bangsa indonesia tidak dapat menempatkan diri dalam menghadapi isu rivalitas dua negara superpower ini. Oleh karena itu perlu ada tindakan yang disiapkan oleh pemerintah guna mempertegas posisi Indonesia dalam rivalitas kedua negara ini.
Seharusnya dengan melihat persaingan antar kedua negara ini yang semakin meningkat, Indonesia harus bisa menempatkan dirinya di tengah-tengah sehingga terjadi netralitas dan tidak berpihak ke negara manapun. Hal ini perlu dilakukan agar Indonesia dapat terhindar dari tarik menarik kepentingan yang dilakukan oleh kedua negara ini. Jika tidak dapat mengontrol diri tentu Indonesia akan masuk dalam kendali antara Amerika Serikat maupun China.
Menurut beberapa pakar juga menyatakan bahwa seharusnya Indonesia dengan politik bebas aktifnya dapat sangat bisa meredam rivalitas tersebut. Selain karena sifatnya yang tidak mengikat atau berpihak ke negara manapun, hal ini akan sangat berguna terutama jika Indonesia mau untuk menjadi mediator antara Amerika Serikat dan China.
Memang jika dilihat secara lebih teliti rivalitas antara Amerika dan China sangat berbahaya dan cukup beresiko jika ada pihak yang mencoba untuk mengintervensi atau ikut campur atas urusan dalam negeri mereka. Akan tetapi sebenarnya jika diperhatikan rivalitas antara Amerika dan China ini masih diambang batas normal, dan tentu sangat berbeda dengan apa yang terjadi saat perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet kala itu. Jadi akan sangat kecil kemungkinan bagi keduanya untuk berperang terutama memerangi sebuah negara yang mencoba memprakarsai kedamaian antar keduanya.
Apabila pemerintah Indonesia dapat mewadahi hal tersebut tentu akan mendatangkan banyak keuntungan dari berbagai aspek baik itu dari aspek Ekonomi, keamanan, serta dari aspek diplomasi. Indonesia juga akan dapat memperkuat sisi geopolitiknya jika dapat memprakarsai hal tersebut dan bukan tidak mungkin China akan memberikan respek yang besar, sehingga mungkin kelak mereka tidak akan menyinggung masalah laut natuna dan sekitarnya yang menjadi kedaulatan Indonesia. Mungkin hal ini akan kelihatan agak riskan untuk diwujudkan, namun saya rasa guna mencapai yang namanya world peace atau kedamaian dunia hal ini tentu akan sah-sah saja untuk dilakukan dan tentu pasti akan mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H