Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Kautsar

Siswa SMAN 28 Jakarta

Cakrawala Kelabu

Diperbarui: 1 Desember 2020   22:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

worldanvil.com

Di hamparan ladang salju yang membeku, seorang Gadis belia dengan pakaian musim dingin yang tebal sedang berjalan tertatih-tatih di tengah badai salju yang sedang menerjang. 

Di tengah antah-berantah, dia berjalan dengan kondisi yang letih ditambah dengan amukan badai yang memperlambat geraknya, hanya untuk mencari tempat berlindung dan mengistirahatkan raganya yang sudah lemah serta jiwanya yang serasa sudah tidak bisa menahan rasa putus asa yang menghantuinya.

Ditambah dengan rasa pedih penuh penyesalan di hati karena hilangnya orang-orang tersayang, sementara dia hanya bisa bersedih dalam keheningan.

Dalam hembusan angin malam yang menusuk, dia tetap berjalan ke arah tak menentu dengan sisa tenaga serta harapan untuk bisa melihat hari esok. Beberapa jam telah berlalu, di dalam pikirannya hanya terbayang suatu pertanyaan singkat, "Apakah hidupku akan berakhir di sini ?".

"Aku h-harus kuat, aku harus kuat, aku harus k-kuat," gumamnya selama berjalan menuju ketidakpastian. Rasa lapar dan haus serta pedihnya raga serta jiwa lama-kelamaan mulai menggerogotinya dari dalam. Kulit nya yang rapuh di usia muda sudah tidak bisa menahan dinginnya suhu ,dia pun mulai mengalami radang dingin ringan. Dengan tidak adanya seorang pun yang menyemangati, membuat hati kecilnya mulai terasa semakin pedih.

"Walaupun aku akan mati di sini itu akan lebih baik, mungkin pada akhirnya aku akan bertemu dengan keluargaku lagi," pikirnya di dalam benaknya yang sudah tidak sanggup menahan kejamnya realita.

Beberapa menit telah berlalu sejak ganasnya badai salju mulai menerjang, suara angin yang tadinya memekikkan telinga telah usai, dan digantikan oleh angin malam yang sunyi dan tidak membawa apa pun selain keheningan yang mencekam. Si Gadis pun bisa bernapas lega setelah badai usai, lalu dia ditunjukkan pemandangan yang sulit dipercaya oleh matanya sendiri.

Dari kejauhan dia melihat hanya ada sebuah kota besar yang sudah tertutup oleh es dan lapisan salju setelah diterjang oleh badai berkali-kali selama 2 tahun terakhir. 

Tidak terlihat seorang pun di cakrawala berwarna kelabu dengan awan salju yang tidak pernah pudar, hanya ada hamparan salju luas yang dulunya adalah sebuah kota besar. 

Di saat Si Gadis muda sedang terdiam lemas melihat pemandangan di depannya, dia terkejut setelah mendengar lolongan dari arah kejauhan di belakangnya. Raut wajahnya mulai berubah menjadi cemas dan takut akan apa yang baru saja didengar olehnya. Tanpa pikir panjang, dia segera berlari menuju arah Kota mati di depannya.

Walaupun dengan kondisi yang lemah raga dan jiwa, Si Gadis tetap berusaha dengan berlari sekuat tenaga dan bergegas menuju ke arah kota yang sudah lama ditinggalkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline