2022 hingga pertengahan tahun 2023 menjadi tonggak terjadinya cukup banyak fenomena Ekonomi Global dari mulai agresifnya hegemoni aliansi BRICS ( Brazil, Russia, India, China and South Africa ) yang terus berupaya melemahkan keperkasaan dolar dalam menggenggam moneter dunia, Berlangsungnya 1 tahun lebih invasi Russia atas Ukraina, Menguatnya Emas disaat ketidakpastian instrumen investasi lainnya seperti Cryptocurrencies dan Pasar Modal Global hingga kebijakan konservatif OPEC dalam memangkas permintaan minyak dunia.
Masyarakat dihadapkan dengan banyaknya kebingungan dan kekhawatiran khususnya masyarakat Indonesia, Presiden Joko widodo mengingatkan bahwa potensi resesi tetap ada meskipun Ekonomi Indonesia cenderung resilien jika dibandingkan negara lain. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pertumbuhan Ekonomi Indonesia meningkat di triwulan I 2023 yakni 5,03%(yoy) dibandingkan sebelumnya 5,01%(yoy). Indonesia diyakini mampu melewati buruknya outlook ekonomi global mengingat Indonesia adalah negara berkembang dan pada dasarnya negara berkembang justru bergantung pada negara yang lebih maju.
Di tengah krisis pangan dan energi dunia yang melanda sebagian besar negara Uni Eropa dan sekitarnya, Masyarakat Indonesia sedikit lebih diuntungkan kali ini terlepas dari banyaknya prediksi dari para pakar mengenai masa depan Ekonomi Indonesia dan dunia secara menyeluruh karena kinerja Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 menumbuhkan optimisme bahwa di tahun 2023 indonesia bisa mendulang keuntungan dan stabilitas lebih baik dari tahun sebelumnya.
Sri mulyani memaparkan bahwa pertumbuhan Ekonomi Indonesia di berbagai sektor harus tetap dijaga dan diperhatikan demi tetap berada dijalur menuju Indonesia Digdaya 2030 dan Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia menunjukan angka yang positif bersama dengan memulihnya sektor pariwisata dengan persentase kunjungan wisata meroket pesat 567,3% (yoy).
Banyak faktor dan variabel yang menetukan kemana arahnya keuntungan berpihak bagi suatu negara dalam kompetisi Ekonomi dunia. PMI atau Purchasing manager's Index manufaktur negara-negara ASEAN di Triwulan I 2023 melemah 60% persen bersama jajaran negara G-20 lainnya. Di tengah melambatnya PMI di beberapa negara seperti Thailand dan Tiongkok, Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil meningkatkan angka pertumbuhan PMI dengan pesat yang disusul India dan Turki.
Indeks pembangunan merupakan salah satu barometer kesiapan sebuah negara dalam menyongsong masa depan pembangunan yang merangkul ekosistem teknologi namun tetap ramah lingkungan, Indonesia secara angka memang mampu resilien terhadap agresivitas kontraksi Eknonomi Global bahkan cenderung berkembang akan tetapi bak efek domino bagi seluruh negara yang berhubungan langsung dengan negara-negara maju, Indonesia tetap terdampak walaupun efeknya masih bisa diminimalisir dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang Progresif, Preventif dan Defensif.
Ketidakpastian tren Ekonomi Global membawa Pemerintah Indonesia ke arena pertandingan yang lebih komplex, Mereka harus berhadapan dengan dinamisnya perubahan perilaku masyarakat indonesia dari tahun ke tahun baik terhadap konsumsi maupun sentimen kebijakan publik pro-rakyat, Tekanan untuk segera mengintegrasikan sektor vital dengan teknologi dan energi ramah lingkungan hingga menghadapi potensi polarisasi Masyarakat Indonesia dan di saat bersamaan mereka harus mengatur neraca perdagangan indonesia agar tetap surplus.
Menjadi rasional sangat amat diperlukan di tengah kerasnya dengung perubahan hasil dari kontraksi ekonomi Internasional, Bukan menjadi acuh atau justru khawatir berlebihan namun menuntut tiap individu masyarakat Indonesia berpikir sebening kristal tentang apa yang telah, sedang dan akan terjadi bagi perekonomian dan kondisi Indonesia. Penulis sudah memaparkan secara singkat gambaran kondisi Ekonomi Global dan Indonesia, Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada sebagaimana mestinya kita harus mengedepankan nalar dan logika akan fakta serta data yang ada daripada hanya berkhayal akan teori yang belum tentu terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H