Lihat ke Halaman Asli

Muhammad RaafiAswinaputra

Hanya seorang pelajar

PSI VS Anies: Antara Rivalitas atau Hanya Ingin Popularitas

Diperbarui: 18 Desember 2021   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdiri di jajaran pemerintah, tentu tak terlepas dari goncangan-goncangan yang ada. Hal ini dialami oleh Gubernur DKI Jakarta saat ini, siapa lagi kalau bukan Anies Rasyid Baswedan. Gubernur yang biasa disapa Anies akhir-akhir ini menerima beragam kritik dan asumsi yang bertentangan dengan programnya.

Sebagai seorang pemimpin, menebar kebaikan dan kewibawaan tentu menjadi hal yang utama. Hanya saja sebaik-baik pemimpin itu tidak terlepas dari kritikan atau bahkan hinaan. Dengan kata lain, semakin tinggi jabatan dan peluang, maka akan semakin banyak pula hantaman yang diterima.

Disaat Anies dan jajarannya menjalankan program yang bersifat integritas dan akuntabel, di lain sisi pasti ada pihak-pihak yang mengkritik dengan asumsi agar program itu dipertimbangkan atau hanya sekadar hinaan belaka.

Kritik demi kritik selalu disampaikan oleh salah satu partai yag dirasa memiliki oposisi yang kuat terhadap Gubernur DKI Jakarta ini. Partai yang dijuluki sebagai oposisi dari Anies itu ialah Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang berdiri sejak 2014 itu selalu memberikan serangan asumsi pernyataan tentang pertentangannya terhadap Anies Baswedan.

PSI yang saat ini diketuai oleh mantan vokalis band nidji yaitu Giring Ganesha memiliki ambisi yang besar sebagai oposisi pemerintahan Anies. Dimulai sejak 18 Agustus 2020 sebagai pengganti Grace Natalie yang sedang fokus untuk melanjutkan study ke luar negeri. Ia langsung memiliki potensi dan ambisi yang besar untuk mencalonkan diri menjadi calon presiden pada kesempatan di pemilihan umum 2024. Hal ini ditandai dengan dirinya yang mendeklarasikan itu pada Agustus 2020.

Melihat potensi sebagai ketua partai, ia tak segan dalam mengoposisikan diri dan partainya terhadap Gubernur Anies Baswedan. Bukan hanya di luar pemerintahan, tetapi di dalam pemerintahan (bagian legislatif). Hanya saja seringkali orang menganggapnya itu sebagai kritik pribadi bukan terhadap kinerjanya.

Kritik Bahwa Anies Tidak Serius Mengatasi Banjir 

Anggapan Giring terhadap Anies baswedan itu muncul pada saat peristiwa banjir DKI tahun 2021, tepatnya pada 21 Februari 2021. Giring berasumsi bahwa Anies tidak memiliki solusi dan cara penyelesaian yang tepat dan malah menyalahkan kiriman dari daerah lain. Hal itu menjadi awal mula oposisi PSI terhadap gubernur DKI Jakarta saat ini.

Adanya Julukan “Pembohong” Terhadap Anies  Terkait Formula E

Rencana program Formula E yang dibicarakan saat pandemi memunculkan peluang kritik. Hal itu dijadikan sebagai batu loncatan PSI yang diwakilkan oleh Giring dalam sebuah pernyataannya di akun media sosial PSI. Tidak tanggung-tanggung ketua PSI itu menyebut Anies sebagai pembohong di dalam redaksi kritikannya.

Latar belakang diksi pembohong ini dikarenakan saat pandemi melanda, Anies beserta jajarannya malah fokus terhadap program Formula E yang akan diselanggarakan di Jakarta. Hanya saja di sisi lain, banyak politisi yang tak sependapat dengan Giring dikarenakan terlalu fokus mengkritik secara personal yang seharusnya secara substansi. Penggunaan kata pembohong memang mengandung diksi yang beresiko besar. Apabila tidak terbukti secara fakta dan data bisa saja dianggap sebagai pencemaran nama baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline