Lihat ke Halaman Asli

Muhammad syarif

kata adalah senjata

Dilema Atas Rasa Lapar

Diperbarui: 14 Maret 2021   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di hari itu, curah hujan yang begitu lebat, ditambah angin yang sangat kencang, terkadang kita merasa takut dan bimbang lebih lagi, ketika kita sedang sakit demam, kepala pusing, kelaparan. di tamba obat pun tidak ada, dan di tambah lagi kita hanya sebatang diri, berbaring dengan selimut yang sedikit menambah kehangatan. 

kita selalu mencoba untuk tetap tegar, merasa kuat, dengan kelaparan yang mengikis sedikit demi sedikit lambung, raga yang mulai keringat dingin, gemetar, bahkan untuk duduk pun sangat sulit untuk kita lakukan. terkadang pikiran kita selalu bertengkar, memilih untuk pulang, namun pertempuran belum usai. karena hanya persoalan perut yang terus menangis menahan diri dari serangan pabrik yang mengikis setiap harinya. 

Dari bunyinya pejantan berkokok bertanda pagi mulai tiba sampai kepada petang yang di iring sholawatan , terkadang perut hanya di beri asupan dengan air putih dari aliran air kerang yang di masak melalui belanga, untuk menahan pabrik ini lambat berputar. 

saat-saat kita sudah mulai di lemah antara menyerah atau tetap melanjutkan pertempuran,! tiba tiba orang tua di rumah menelfon;

tringgkkk trinnggk.! hp kita bergetar

: assalamualaikum

: wa alaikumsalam ;dengan suara yang sedikit merasa kuat. 

: lagi dimana.? 

: lagi di kos bu! 

: apa kabar nak ? kamu sudah makan,? 

: ( dengan penuh kesakitan karena kelaparan terkadang kita dilema, berbohong untuk membuat mereka tenang, atau jujur membuat mereka khawatir.? ) dengan penuh rasa ketidak enakan,! dengan suara yang begitu kuat : iya alhamdulillah.! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline