Lihat ke Halaman Asli

Muhammad syarif

kata adalah senjata

Apakah Adil Itu Hanya Utopis Belaka?

Diperbarui: 13 Maret 2021   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Adil merupakan suatu hak segala jiwa, namun di dalam berprilaku adil untuk orang lain itu tidaklah mudah, bahkan seorangpun tak mampu untuk berperilaku adil, terkadang adil terhadap diri sendiripun kita kewalahan apa lagi untuk adil kepada orang lain. Kenapa ? semisal kita asik dalam melakukan sesuatu sampai kita lupa bahwa waktu untuk makan kita tidak makan. kita sibuk dimalam hari sampai kita mengundur- undur waktu untuk tidur. Hal sekecil itu yang membuat kita harus berfikir, dimana letak keadilan kita terhadap diri kita, Sampai mengatur diri kita pun sangat sulit. karena kenapa?, kita di kendalikan oleh ego dan hawa nafsu kita yang berkobar di dalam jiwa Yang terus meronta-rontah dalam melakukan apa yang kita inginkan tanpa memikirkan kesehatan untuk diri kita. Itulah alasan mengapa si penguasa kita tidak dapat berperilaku adil karena pada dasarnya seseorang tidak dapat untuk berperilaku adil. Namun bukan berarti si penguasa ini seenaknya untuk menindas bahkan tidak memperhatikan rakatnya. Setidaknya berusahalah memberikan kemudahan terhadap masyarakatnya, bagaimana menjalankan hidup yang baik dan penuh kerukunan. Karena tugas seorang pemimpin adalah mensejahterakan rakyatnya, dan prinsip keberadaan negara adalah untuk menjamin ketertiban, melindungi warga negara masyarakat, mengatur hubungan antar masyarakat dan dengan hubungan komunitas masyarakat. john locke (1690) mengatakan tujuan utama masuknya manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara adalah untuk menikmati apa yang di milikinya secara damai dan aman, dimana hukum adalah pijakannya. 

Kami bukan untuk meminta yang lebih, tetapi kami hanya meminta upah sesuai dengan apa yang kami usahakan artinya kami hanya ingin hidup dengan hak yang kami punya sebagai warga. Bukan seenaknya mempekerjakan selayaknya hewan tanpa upah yang sepadan. Bukan malah kalian (pemimpin) seenaknya dalam mengatur keuangan rakyatmu untuk kalian sendiri. 

Saya hanya ingin melihat dan merasakan betapa beruntungnya saya mendapatkan mereka itu ketika kami menikmati hak dan kewajiban kami selaku warganya. Namun pada kenyataannya semua itu hanyalah utopis semata yg tak dapat di rasakan. 

 

Sebab sewaktu kami keluar untuk melakukan suatu aspirasi kami dengan tujuan baik. Tetapi Kami mendapatkan perlakuan pada peliharaan rezim rezim penjaga yang amat arogan, memakai seragam lengkap dan patungan di tangannya masing masing yang bisa di katakan kami selayak anjing yang di pukuli bahkan di injak yang Menghujungkan kakinya dengan sepatu laras yang di kenakan tepat ulu hati kami. Sampai sampai kami kesulitan bernafas di buatnya. Dan lisan kebenaran pun telah membisu dan segalanya menjadi dusta dan omong kosong. artinya Kini perasaan asing menyebalkan yang sesak dengan bisikan hati yang mengilukan, kenangan pahit, keganasan bisu, kelihaian tangan, kekeluan lidah, kelumpuhan kaki, tengkorak leher pun dalam cekikan algojo yang geram. Nasib terasing yang penuh dengan kepedihan dan cinta Dan ribuan lain Perasaan misteri dan wacana yang tersembunyi. Begitulah kira kira 

memang seseorang tak bisa berperilaku adil tapi berperilaku lah selayaknya manusia yang di ciptakan Tuhan yang mempunyai segalanya termasuk perasaan, berikanlah apa yg memang menjadi hak pe rindividu sebagai warga negara, dankami tak ingin kalian dikatakan sebagai layaknya hewan yang tak punya pikiran. Namun kalian memang seperti hewan bahkan lebih mulia se ekoran hewan yang masih mempunyai perasaan dan naluri . Sedang kalian bisa menikmati hidangan yang begitu mewah makan minum dengan jeri payah orang lain (hedonisme ) tampa melihat rakyatmu bekerja dengan upah yang tak sepadan. Bahkan banyak yang berserakan di jalanan dengan meminta - minta layaknya sampah yang tak berguna. Manusia inilah yang sangat pantas di katakan sebagai manusia Nihillisme. Sebab tugas seorang pemimpin ialah mensejahterakan kehidupan bangsa dan pelihara fakir miskin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline