Bicara tentang masa depan, pasti tidak luput dari apa yang telah ditentukan dan dilakukan sekarang. Sebagaimana yang sering diucapkan oleh orang tua, bahkan guru kita, 'kamu sekarang, adalah ukiran dari masa lalumu; dan kamu di masa depan, adalah hasil dari apa yang kamu lakukan sekarang.' Gitu kan yah?
Kenyataan ini berlaku diseluruh aspek kehidupan. Tak terkecuali sebuah Negara. Dan faktor yang paling mempengaruhi majunya sebuah Negara, adalah berkualitasnya pemuda-pemudi dalam Negara tersebut. Mengapa? Karena nasib negeri ini kedepannya, sepenuhnya berada dalam kendali mereka. Yang tua, lambat laun pasti mulai meninggalkan dunia. Dan otomatis yang muda-lah yang akan meneruskan peradaban ini. Coba ingat kembali bagaimana Bung Karno mendeskripsikan pemuda, 'beri aku sepuluh orang pemuda, akan aku ubah dunia' begitu kira-kira orasi yang sering diucapkan oleh presiden pertama Indonesia mengenai pentingnya peran pemuda dalam sebuah peradaban.
Mengapa masa muda sangat penting sekali? Karena memang dimasa ini semangat manusia mencari jati dirinya sedang 'panas'. Tak heran, jika remaja atau pemuda benar dalam menjalani masa tersebut, kesuksesan pribadi, pengaruh yang baik dalam masyarakat maupun Negara adalah hadiahnya. Namun jika yang terjadi adalah pemuda sudah enggan untuk meniti karirnya, atau bisa dikatakan salah dalam memilih jalan hidup, maka kerusakan, berantakan dalam rumah tangga, bahkan pengaruh buruk bagi masyarakat dan Negara adalah mimpi buruk yang akan menimpanya. Meminjam lagu Bang Haji Rhoma Irama, 'masa muda adalah masa yang berapi-api, yang maunya menang sendiri, susah senang tak peduli' Iyakah? Haha. Agak lupa liriknya.
Pertanyannya, sudahkah pemuda-pemudi Indonesia kini, yang digaungkan sebagai generasi 'jaman now' atau lebih dikenal dengan generasi 'milenial', siap menjadi penerus generasi yang 'baik'? yang kelak akan terus menerus menjadi baik pula? Yang dari mereka akan dilahirkan sebuah peradaban yang gemilang serta generasi yang cerdas lagi cemerlang. Atau malah sebaliknya? Mari kita sedikit menengok kebelakang, bagaimana potret pemuda-pemudi di tanah air tercinta ini.
Sepanjang tahun 2018, publik disuguhi rangkaian kasus kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan. Salah satunya yang mencuat pada tahun 2018 dimulai dari cerita WA (15) seorang remaja putri asal Jambi yang diperkosa hingga hamil oleh kakak kandungnya sendiri, AA (18). (Tirto, 2018)
Kabar mengenai remaja tanggung yang mabuk setelah meminum air rebusan pembalut mendapat perhatian serius dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Fenomena yang terjadi di Jawa Tengah itu rupanya ada pula di Jawa Barat. (Detik, 2018)
Seorang remaja berinisial RS (17) terlibat dalam kasus narkotika jenis ekstasi jaringan internasional Nigeria-Indonesia. Karena masih dibawah umur, status RS saat ini ditetapkan sebagai Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH). (CNNIndonesia, 2018)
Sungguh miris sekali melihat fenomena tersebut. Bukankah ini adalah sebuah bencana yang besar? Apa yang akan terjadi jika ini terus menerus terjadi? Disamping data tersebut hanya beberapa kasus diantara seabrek kasus-kasus lainnya yang menimpa remaja. Namun lagi-lagi, ini bukan hanya masalah atau problem pribadi saja. Yang bisa diselesaikan dengan solusi yang bersifat individual. Akan tetapi, ini merupakan sebuah masalah yang sangat urgent dalam sebuah Negara, yang akan mempengaruhi gerak laju majunya Negara itu. Dan hanya bisa diselesaikan dengan solusi yang bersifat menyeluruh, memberikan dampak yang berpengaruh serta mencegah dari terulangnya masalah-masalah itu, lalu kemudian mewujudkan kemaslahatan dalam jangka waktu yang tak ada batasnya.
Lemahnya pemahaman agama, adab dan moralitas, disebabkan pendidikan yang tidak mumpuni.
Jika diperhatikan secara seksama kasus-kasus yang telah terjadi, tentu tidak lepas dengan yang namanya 'pemahaman' terhadap kehidupan. Ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran agama dan intelektualitas dalam berfikir mulai hilang dari remaja-remaja kita.