Banyaknya problematika yang dihadapi siswa disekolah merupakan masalah yang sangat penting yang harus diketahui oleh guru. Sebab hal itu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Masalah-masalah yang membuat para siswa kurang belajar tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor kesehatan, keadaan sosial, keadaan keluarga atau pergaulan, dan berbagai macam masalah pribadi lainnya.
Melihat pentingnya peningkatan hasil belajar bagi seorang siswa, maka dituntut untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima pelajaran. Untuk memenuhi tuntutan itu siswa harus dalam keadaan tenang dan nyaman. Guru harus dapat mengidentifikasi segala permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Siswa yang memiliki masalah seperti kurang motivasi belajar, kurang berkonsentrasi, kurang percaya diri, kurang bisa membagi waktu dan tidak bisa bersosialisasi harus diberikan dukungan dan bantuan untuk memecahkan masalahnya dengan pemberian pertimbangan pemecahan masalah yang tepat. Tidak terkecuali dalam masalah pembelajaran membaca.
Membaca adalah kemampuan otak dan mata. Mata digunakan untuk menangkap tanda-tanda bacaan, sehingga apabila lisan mengucapkan tidak akan salah. Sedangkan otak digunakan untuk memahami pesan yang dibawa oleh mata, kemudian memerintahkan kepada organ tubuh lainnya untuk melakukan sesuatu. Jadi cara kerja diantara keduanya sangat sistematis dan saling kesinambungan.
Pada dasarnya membaca adalah kegiatan melihat serta memahami isi bacaan yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bond bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Sedangkan Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Dalam komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alfabet latin. Membaca juga bisa diartikan sebagai suatu tindakan merekonstruksi makna yang disusun penulis di tempat dan waktu yang berjauhan dengan tempat dan waktu penulisan. Selain itu Yunus Abidin menjelaskan bahwa Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca.
Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu membaca permulaan dan pemahaman membaca (reading comprehension). Membaca permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa kanak-kanak. Pada masa permulaan sekolah, anak-anak diberikan pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Pengenalan huruf tersebut dinamakan proses pengubahan, setelah tahap pengubahan tersebut dikuasai siswa secara mantap, barulah penekanan diberikan pada pemahaman isi bacaan.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.
Pada kemampuan membaca atau keterampilan membaca menurut Mulyono Abdurrahman mengutip pendapat Lerner bahwa kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh kartena itu, anak harus belajar membaca untuk belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan di kelas 1A MI Salafiyah Hidayatul Athfal Pekalongan melalui pengamatan, pembelajaran Tematik pada aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah dan media papan tulis sudah baik, guru juga sudah memberikan contoh cara membaca kata dan kalimat dengan tepat, serta penggunaan lafal dan intonasi yang benar akan tetapi keterampilan membaca siswa masih rendah.
Rendahnya keterampilan membaca ini didapati dari hasil tes membaca nyaring terdapat beberapa siswa yang membacanya masih belum tepat, hal ini dikarenakan perhatian siswa hanya terfokus pada 15 menit awal hingga pada kegiatan inti siswa cenderung ramai tetapi tidak dalam situasi belajar sehingga materi yang disampaikan tidak terserap sepenuhnya dan dipahami oleh siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu adanya usaha untuk memberikan media yang menarik dan mendukung dalam pembelajaran membaca permulaan kepada siswa kelas 1A MI Salafiyah Hidayatul Athfal Pekalongan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media celemek baca. Celemek baca adalah celemek yang dibuat menggunakan kain flannel dan efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu. Celemek baca dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Dalam pembelajaran membaca permulaan, celemek baca dapat digunakan untuk menempelkan gambar, huruf, kata, dan kalimat sederhana.