Lihat ke Halaman Asli

"Jagung Titi", Emping Flores yang Renyah dan Gurih di Lidah

Diperbarui: 2 Februari 2019   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagung titi, emping Flores yang cocok untuk cemilan (wahana.co)

Setiap daerah pasti memiliki makanan khas tradisional. Palembang punya Empek-empek. Bengkulu punya Pendap. Jakarta punya Kerak Telor. Jogja punya Gudeg. Makassar punya Konro. Palu punya Kaledo. Manado punya Bubur Manado. Papua punya Sagu dan Papeda. Nah, untuk daerah Flores Timur, Lembata, dan Alor, punya panganan tradisional yang disebut Jagung Titi (wata bit'ing atau wata kenaeng).

Jagung Titi itu sejenis emping. Ia tahan lama, bahkan berbulan-bulan. Karenanya, jagung titi cocok dijadikan sebagai cemilan untuk bekal perjalanan jauh. Bisa juga dijadikan buah tangan bagi para pelancong.

Jagung titi, emping Flores yang cocok untuk bekal perjalanan jauh (m.republika.co.id)

Disebut panganan tradisional karena seluruh rangkaian proses pembuatannya dilakukan secara tradisional. Tidak memerlukan banyak peralatan. Pekerjanya pun hanya satu orang saja. Lazimnya memasak, pekerjaan membuat jagung titi dikerjakan oleh perempuan, terutama yang sudah menikah.

Sementara untuk bahannya cuma memerlukan jagung sebagai bahan pokok. Adapun jagung yang dipilih merupakan jagung pulut yang bertekstur lengket seperti ketan yang banyak ditanam penduduk lokal.

Tanaman jagung yang menjadi bahan utama cemilan jagung titi (pioner.com)

Lantas, bagaimanakah proses pembuatan panganan khas masyarakat subetnis Lamaholot di Provinsi NTT ini. Berikut ini langkah-langkah pembuatan jagung titi secara tradisional.

Pertama, pilih jagung yang agak tua. Sebab, jagung yang tua dapat menghasilkan jagung titi yang kokoh dan garing. Jagung yang tua bisa dilihat dari warnanya yang kuning kemerahan. Untuk satu baskom kecil bisa memerlukan delapan hingga sepuluh tongkol jagung.

Selanjutnya, jagung tua itu diluruh atau dipipil agar terpisah dari tongkolnya. Biji-biji jagung itu kemudian diisi ke dalam sebuah tembikar berbahan daun lontar. Biji jagung tidak usah dicuci karena bila dicuci dapat membuat kulit biji jagung menjadi lembek.

Proses berikutnya yakni menyalakan api menggunakan tungku kayu. Penggunaan tungku kayu bukan sekadar memberi kesan tradisional, tetapi juga mempengaruhi rasa jagung titi. 

Jagung titi yang disangrai menggunakan tungku kayu rasanya lebih gurih. Karena, api yang digunakan untuk menyangrai biji-biji jagung itu lebih merata dan dapat dikontrol ketimbang menggunakan tungku kompor.

Setelah api tungku kayu merata, maka letakkan periuk atau tembikar tanah (kewik) di atas tungku itu. Begitu tembikar tanah itu panas maka masukkan biji jagung ke dalam tembikar. Tidak semua biji jagung dimasukkan satu kali ke dalam periuk tanah, tetapi seukuran satu genggaman untuk satu kali proses pemipihan.    

Usai memasukkan biji-biji jagung ke dalam periuk tanah, mulailah menyangrai dengan cara membolak-balikkan jagung yang ada dalam periuk tanah itu. Alat yang digunakan untuk membolak-balikkan jagung saat penyangraian, bukan menggunakan sendok goreng melainkan dengan menggunakan tongkol jagung yang jagungnya sudah diluruh tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline