Wonosari, 5 Januari 2024. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pencerahan (KKN-P) kelompok 51 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) melaksanakan program kerja dalam bidang kesehatan lingkungan dan pencegahan stunting. Mahasiswa KKN-P 51 UMSIDA berusaha menggandeng partisipasi aktif masyarakat di Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur dalam kegiatan posyandu rutin. Pelaksanaan posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) ini bertempat di Balai Desa Wonosari, mulai dari pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai.
Stunting masih menjadi perbincangan serius di kalangan masyarakat. Maka dari itu, kegiatan posyandu pada kali ini berbeda dengan kegiatan posyandu biasanya. Pada kali ini, kegiatan posyandu diawali dengan acara penyuluhan mengenai pencegahan stunting yang diadakan oleh Mahasiswa KKN-P 51. Kegiatan penyuluhan ini dihadiri oleh Bapak Dr. Drs. Sriyono, MM., selaku DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) kami, Bapak Dr. Supardi, MM., Ibu Kepala Desa, para tenaga kesehatan yang bertugas, serta para ibu dan anak di Desa Wonosari.
Penyuluhan tentang pencegahan stunting ini menjadi fokus utama dalam rangka memberikan pengetahuan dan edukasi kepada para ibu yang hadir. Bapak Sriyono dan Bapak Supardi hadir sebagai narasumber pada acara penyuluhan ini. Beliau juga menyampaikan materi yang disampaikan mencakup aspek-aspek terkait gizi, pola makan dan hidup sehat, dampak stunting pada pertumbuhan dan perkembangan anak, serta perawatan anak yang dapat mendukung pertumbuhan optimal.
Beliau juga memaparkan ciri-ciri anak yang mengalami stunting. "Anak yang berperawakan pendek tidak serta-merta mengalami stunting. Balita dapat dikatakan stunting apabila tinggi badannya berada di bawah kisaran normal dari standar tinggi badan anak berdasarkan usia pada dua kali pemeriksaan berturut-turut", jelas Bapak Sriyono.
Selain perawakan tubuhnya yang pendek, adapun ciri-ciri lain dari stunting yakni tumbuh kembangnya lambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, berat badan tidak naik bahkan akan cenderung menurun, kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik, anak cenderung lebih pendiam, fase pertumbuhan gigi pada anak melambat, bagi anak perempuan berpotensi telat menstruasi pertama, serta anak lebih mudah terserang/terinfeksi berbagai penyakit.
"Lalu apakah stunting ada obatnya?", tanya Bapak Sriyono. Beliau menjelaskan bahwa pengobatan stunting dapat disesuaikan melalui penyebabnya misalnya dengan memperbaiki nutrisi, pemberian suplemen, atau menerapkan gaya hidup sehat. "Stunting masih bisa diobati apabila anak berusia di bawah 2 tahun, jika sudah di atas 2 tahun kemungkinan masih bisa namun agak sulit", jelas Bapak Supardi.
Setelah sesi penyuluhan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang memberikan kesempatan pada 5 orang untuk berpartisipasi. Para peserta yang berani mengajukan pertanyaan akan mendapatkan doorprise dari Mahasiswa KKN-P 51 sebagai bentuk apresiasi terhadap partisipasi mereka dalam meningkatkan pemahaman seputar pencegahan stunting.