Lihat ke Halaman Asli

Devan Alhoni

Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Pasukan Keamanan Venezuela Mengepung Kedutaan Argentina di Caracas

Diperbarui: 7 September 2024   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Caracas, Venezuela - Situasi politik di Venezuela kembali memanas setelah pasukan keamanan negara itu mengepung kedutaan besar Argentina di ibu kota Caracas pada Jumat (6/9). Pengepungan ini terjadi menyusul berlindungnya dua tokoh oposisi Venezuela di dalam gedung kedutaan, menambah jumlah total menjadi enam oposisi yang kini mencari suaka di sana.

Pedro Urruchurtu, koordinator internasional untuk pemimpin oposisi Mara Corina Machado, dan mantan anggota parlemen Omar Gonzlez, adalah dua tokoh terbaru yang mencari perlindungan di kedutaan Argentina. Melalui unggahan di media sosial, keduanya melaporkan kondisi mencekam di sekitar gedung diplomatik.

"Patroli pejabat berkerudung dan bersenjata mengelilingi gedung," tulis Urruchurtu di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Sementara itu, Gonzlez mengklaim bahwa pihak berwenang telah memutus aliran listrik ke kedutaan.

Vente Venezuela, organisasi politik yang dipimpin oleh Machado, mengeluarkan pernyataan keras mengecam tindakan pemerintah Venezuela. "Kami menganggap Nicols Maduro bertanggung jawab atas pengepungan terhadap para pemimpin kami yang berlindung di kedutaan," tegas pernyataan tersebut.

Insiden ini merupakan puncak dari serangkaian ketegangan diplomatik antara Venezuela dan Argentina yang telah berlangsung beberapa bulan terakhir. Hubungan kedua negara memburuk setelah pemerintah Argentina di bawah kepemimpinan Presiden Javier Milei secara terbuka mengkritisi hasil pemilihan presiden Venezuela pada 28 Juli lalu.

Pemilu yang kontroversial tersebut memenangkan petahana Nicols Maduro, namun banyak pihak, termasuk pemerintah Argentina, mempertanyakan legitimasinya. Kritik ini berujung pada pengusiran personel diplomatik Argentina dari Venezuela oleh pemerintah Maduro.

Menanggapi situasi ini, pemerintah Argentina telah mengajukan permohonan agar para tokoh oposisi yang berlindung di kedutaannya diizinkan meninggalkan Venezuela. Namun, hingga saat ini, permohonan tersebut belum mendapat tanggapan positif dari pihak berwenang Venezuela.

Ketegangan diplomatik semakin meningkat ketika pada Kamis (5/9), Presiden Milei secara terbuka menyebut Maduro sebagai "penjahat" dalam sebuah forum di Buenos Aires. Pernyataan ini diikuti oleh langkah agresif Argentina yang meminta jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Maduro dan pejabat senior pemerintah Venezuela lainnya atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Di sisi lain, Venezuela juga telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Edmundo Gonzlez, kandidat oposisi dari Platform Persatuan Demokratik (PUD) yang menjadi saingan utama Maduro dalam pemilu. Gonzlez dituduh bertanggung jawab atas publikasi data terperinci tentang pemilihan presiden, sebuah tuduhan yang ia bantah keras.

Krisis politik ini tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral Venezuela-Argentina, tetapi juga melibatkan negara-negara lain di kawasan. Brasil, misalnya, kini mengambil alih tanggung jawab perlindungan gedung diplomatik Argentina di Venezuela setelah pengusiran staf diplomatik Argentina.

Situasi ini menarik perhatian komunitas internasional dan memicu kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik di kawasan Amerika Latin. Banyak pengamat politik menyoroti pentingnya dialog dan mediasi untuk mencegah krisis yang lebih besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline