Lihat ke Halaman Asli

Devan Alhoni

Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Kepala BIN dan Imbasnya pada Politik Indonesia

Diperbarui: 28 Februari 2024   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kehadiran Budi Gunawan atau yang akrab disapa "Pak BG" sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) tentu menarik untuk dicermati dari berbagai sisi. Terlebih mengingat posisinya yang strategis dan erat kaitannya dengan dinamika politik Tanah Air.

Sejak dilantik Presiden Jokowi pada 2016 silam, sosok BG kini bisa dibilang menjadi salah satu kaki tangan penting Sang Presiden. Ia bahkan disebut menjadi kunci terjalinnya rekonsiliasi Jokowi-Prabowo pasca pemilu 2019 lalu.

Namun di sisi lain, keberadaan BG di BIN turut menimbulkan sejumlah spekulasi dan pertanyaan publik. Salah satunya terkait eratnya hubungan BG dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

BG pernah menjabat sebagai ajudan Mega saat menjadi Wakil Presiden dan kemudian Presiden RI pada 1999 hingga 2004. Koneksi ini sempat mengemuka saat BG mencalonkan diri sebagai Kapolri pada 2015 lalu.

Lantas, bagaimana kedudukan strategis BG di BIN akan berpengaruh pada capaian politik PDIP dan Mega ke depannya? Apakah dunia intelijen dan partai politik memang tak bisa dipisahkan?

Sebagai lembaga intelijen negara, tentu BIN memiliki akses dan kemampuan khusus dalam hal pengumpulan dan analisis informasi strategis. Data dan informasi inilah yang kemudian bisa dimanfaatkan para penguasa demi mengamankan kekuasaannya.

Hal ini terlihat misalnya pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Sosok Yoga Sugomo misalnya, kerap diidentikkan dengan berbagai operasi intelijen yang menopang berdirinya rezim Orba.

Begitu pula dengan Ali Murtopo yang dikenal sebagai aktor di balik layar dalam berbagai skema rekayasa politik Orde Baru, termasuk pemilihan umum 1977.

Contoh lainnya adalah Rusia era Soviet. Lembaga intelijen bernama Cheka dipakai Vladimir Lenin untuk memetakan lawan dan kawan politiknya guna memperkuat kekuasaannya. Cheka bahkan melakukan beragam operasi rahasia demi kepentingan Partai Komunis Uni Soviet.

Dari sinilah lahir pandangan bahwa badan atau lembaga intelijenlah yang seringkali menentukan kokoh atau rontoknya kekuasaan politik di suatu negara.

Melihat fenomena tersebut, wajarlah jika banyak yang mempertanyakan bagaimana posisi strategis Budi Gunawan sebagai Kepala BIN akan berdampak pada elektabilitas dan kekuatan politik PDIP ke depannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline