Lihat ke Halaman Asli

Bergembiralah dengan Kelahiran Rasulullah SAW!

Diperbarui: 1 Oktober 2022   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: detik.com

Tidak akan cukup rasanya lembaran yang ada ini untuk mengungkapkan keseluruhan cinta yang ada di hati ini kepada Nabi Muhammad Shallahu 'Alaihi wa salam. Jujur saja, walaupun kita masih sedikit menjalankan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, walaupun kita masih belum sempurna mengikuti akhlak dan perbuatan Rasul, namun hati ini tak akan bisa bohong, kita cinta Nabi Muhammad melebihi apapun juga.

Cinta kepada Nabi Muhammad SAW mesti ada di dalam diri kita. Cinta kepada Nabi pun juga bisa di manifestasikan dalam bentuk apapun itu. Misalkan, Nabi bersiwak, kita yang cinta sama Nabi ikut bersiwak; Nabi mengajarkan untuk selalu menuntut ilmu, kita yang cinta sama Nabi, harus selalu menuntut ilmu; Nabi tersenyum dan tidak marah ketika dihina, kita pun juga harus begitu.

Bentuk cinta yang diuraikan diatas atau kisah teladan Nabi yang kita dapatkan biasanya, tentunya selain dari referensi kitab yang kita baca, hal itu di dapatkan dari suatu majelis ilmu. Mungkin rasanya agak aneh, ketika menyelenggarakan majelis ilmu di hari kelahiran Nabi SAW (dibaca: Maulid) itu tidak dibolehkan atau bahkan di sesatkan.

Seringkali kita lihat dan kita dengar, ada seseorang yang mengaku cinta Rasulullah SAW, namun ia membid'ahkan seseorang yang menyelenggarakan maulidur rasul. Bahkan, ada pula yang berseru ketika maulid itu dilaksanakan, kita tidak boleh untuk ikut dan hadir. Heran sekali saya ketika ada sosok yang mengatakan itu, Tidak bolehkah kita itu gembira dan senang atas kelahiran panutan kita Bersama? Tidak bolehkah kita menyambut hari lahirnya Nabi SAW dengan bershalawat kepadanya secara beramai-ramai?

Pada saat ini, kita sudah memasuki Bulan Rabiul Awal, bulan Nabi kita tercinta dilahirkan. Yang dimana, kita sebagai umatnya yang mengharapkan syafaatnya, bergembira atas kelahiran beliau. Kalaulah Abu Lahab saja yang tidak beriman kepada Nabi, namun ia bergembira atas kelahiran Rasulullah dengan memerdekakan budaknya yang bernama Shuaibah, masa kita sebagai umatnya, sebagai pengikutnya tidak bergembira atas kelahiran beliau SAW?

Bila saja kita bergembira atas ulang tahunnya anak kita atau orang tua kita, maka kenapa kita tidak bergembira dengan hari kelahirannya Nabi? Apakah karena Nabi tidak pantas di gembirakan atau di puji-puji?

Padahal kalau kita lihat dan telisik lebih dalam apa saja isi dari kegiatan maulid ini tentunya akan membuat mereka (yang menyesatkan) menjadi tau dan terketuk hatinya untuk tidak mengatakan hal itu Kembali.

Pertama, seseorang yang pergi ke acara maulid sama saja ia pergi dalam keadaan menuntut ilmu. Kok bisa begitu? Yha jelas saja, mereka yang hadir di majelis maulid tersebut pastinya mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru dari kisah Nabi teragung, Muhammad SAW. Jadinya, tak akan merugi seseorang yang pulang dari acara maulid tersebut kecuali hatinya akan bertambah cinta dengan sosok yang dicintainya, jiwanya menjadi tenang, dan pikirannya akan selalu mengikat kepada ajaran yang dibawa oleh Sayyidina Muhammad SAW.

Kedua, Apabila Maulid itu diselenggarakan pada malam hari sehabis isya, pastinya seseorang yang hadir di acara tersebut pasti melaksanakan sholat berjamaah terlebih dahulu serta ditambah sholat sunnah 2 rakaat. Tau kan keutamaan dan besarnya pahala dari dilaksanakannya sholat berjamaah di Masjid lalu ditambah dengan sholat sunnah?

Ketiga, Seseorang yang hadir di majelis Maulid pasti mendengarkan lantunan ayat Al Qur'an serta mendengarkan qosidah yang isinya puji-pujian terhadap Rasulullah SAW. Mungkin nampaknya, mereka (yang menyesatkan) akan mengatakan, "tidak boleh bersenandung di dalam masjid...tidak boleh memuji-muji nabi secara berlebihan". Untuk jawaban itu, saya akan membalasnya dengan jawaban cukup komprehensif disini. Siapa bilang kita tidak boleh membacakan qosidah dan bersenandung kepada Nabi, namun di dalam hadist shohih yang bisa kita lihat dalam riwayat Imam Annasa'I, Imam Ibnu Majah, dan Imam Abu Dawud diceritakan disitu bahwa Hasan bin Tsabit tengah bernasyid dalam suatu masjid, namun tiba-tiba ditegurlah oleh Sahabat Umar bin Khattab. Lalu singkat cerita, Hasan bin Tsabit menjawab teguran Sahabat Umar dengan perkataan, "Umar, saya dulu di masjid bernasyid dan disitu ada seseorang yang lebih baik dan mulia darimu, dialah Nabi Muhammad SAW" dan pada saat itu juga ada Abu Hurairah sang saksi kunci yang membetulkan Nabi pernah mengatakan itu. Juga, untuk jawaban tidak boleh memuji Nabi secara berlebihan, saya pikir argumen itu hanyalah sebuah omongan yang mereka kira, Nabi hanyalah seorang manusia biasa seperti kita. Mereka seakan tidak pernah ingat, saat sakaratul mautnya Rasulullah SAW, beliau masih mengingat kita dan berjanji akan memberikan syafaat dan juga meminta kepada Allah agar kita umatnya selamat di hari Akhir nanti. Maka dari itu, selayaknya kita pantas memuji Nabi Muhammad. Kita setulusnya, pantas untuk memuji beliau sebanyak mungkin.

Keempat, Seseorang yang ikut memperingati maulid Nabi SAW di Masjid atau dimanapun tempatnya, pastinya bertemu dengan orang lain, dalam arti lain sesama mereka melakukan silaturahim dengan menyapa seseorang, menjabat tangannya, menanyakan kabarnya, lalu di ujung acara, mereka makan Bersama-sama; bukankah hal itu baik? Bukankah hal itu dianjurkan oleh Nabi SAW untuk menjaga tali silaturahmi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline