Lihat ke Halaman Asli

Teks Kritik Cerpen "Robohnya Surau Kami"

Diperbarui: 11 Maret 2023   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Robohnya Surau Kami merupakan sebuah karya dari seorang cerpenis terkenal H. Ali Akbar Navis atau kerap dikenal sebagai A.A Navis. Ia merupakan seorang sastrawan sekaligus seorang politisi dari Sumatera Barat, lahir di kota Padang Panjang pada 17 November 1924. A.A Navis membuat karya cerpen ini di tahun 1956 yang dimana ini juga membuat namanya melejit. Semasa hidupnya ia telah menghasilkan sebanyak 65 karya sastra baik dalam bentuk buku ataupun antologi.

Cerpen Robohnya Surau Kami kental akan unsur - unsur yang berkaitan dengan agama islam di dalam lingkungan masyarakat minang, dimana surau merupakan tempat yang banyak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar agama. Cerpwn ini menceritakan tentang sosok seorang kakek tua yang berprofesi sebagai penjaga surau. Suatu hari ia risih dengan kehadiran Ajo Sidi yang dikenal suka membual berdasarkan watak orang - orang di kampungnya. Sampai akhirnya Ajo Sidi membuat bualan tentang si Kakek sampai membuatnya marah. Walau tidak secara langsung menyebut nama si Kakek, namun Ajo Sidi ini membuat bualan tentang Haji Saleh yang yakin bahwa amalnya akan bisa membawanya ke syurga. Namun ternyata Tuhan melemparnya ke neraka. Ajo Sidi menyebut Haji Saleh beribadah hanya untuk dirinya sendiri dan tidak memperdulikan orang lain. Sampai akhirnya bualan dari Ajo Sidi ini membuat si Kakek kalap hingga bunuh diri, karena merasa Haji Saleh yang diceritakan oleh Ajo Sidi adalah dirinya.

Cerpen karya A.A Navis ini dalam penggunaan bahasa menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Penulis benar - benar memanfaatkan bahasa yang komunikatif, namun masih terdapat penulisan yang kurang baik atau kurang dimengerti oleh pembaca. Seperti pada kalimat  "Sekali hari aku datang pula mengupah kakek." Dari segi keagamaan cerpen ini memang sudah memberikan pesan yang sangat religius sehingga bisa menyadarkan pembaca untuk beribadah selagi fokus berusaha di dunia agar unsur agama dan sosialnya seimbang. Dari segi penceritaan A.A Navis memberikan latar yang pas, dimana anak - anak bermain di surau atau ibu - ibu yang mengambil papan surau di malam hari. Akhir yang tak terduga juga menjadi keunggulan dari cerpen ini, A.A Navis begitu pandai memainkan emosi pembaca. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline