Manikheisme/maniisme merupakan sebuah kepercayaan yang eksis pada abad ke 3 masehi, pendiri dari agama ini adalah manichaesus yang lahir di daerah babilonia selatan tepatnya disebuah desa di gurun Nahr kuta.
Mani sendiri mendapatkan wahyu pada usia 24 tahun lalu mendakwahkan ajarannya kepada masyarakat untuk menggeser doktin-doktrin yang ada di masyarakat pada saat itu dengan menggantinya dengan ajaran yang baru, kemudian semenjak itu muncul agama baru yang bernama agama mani atau manikhaesme.
Pada Abad ke 3 dan ke 4 masehi, ajaran manikeisme ini kian menyebar mulai dari tiongkok hingga ke afrika utara. Yang mana pada sesaat agama itu pernah mendominasi dan mengalahkan eksistensi agama kristen di kekaisaran romawi.
Walaupun pada akhirnya orang-orang yang menganut agama mani ini kalah saing dengan agama kristen yang mampu membuai hati kekaisaran romawi. Dalam perkembangannya, agama mani mencapai puncak kejayaannya pada abad ke 3 dan ke 4 masehi hingga agama ini menjadi besar di kekaisaran persia.
namun setelah itu agama ini kian tergusur karna bertabrakan dengan eksistensi agama lain. Terlebih lagi di kekaisasaran persia yang sebelumnya menjadi tempat mani berkotbah tanpa ada hambatan kemudian beralih menjadi tempat persekusi.
Raja yang berkuasa saat itu telah memerintahkan untuk memenjarakan sang nabi hingga berakhir pada perintah penyalibannya sekitar tahun 274 atau 277 masehi. Agama Mani: Penengah Antara Jawaban terhadap Problem Teodisi dan Kontradiksi pada pemikiran Monotheistik
Pokok ajaran agama Mani
Layaknya Muhammad, nabi umat islam. Mani beranggapan bahwa dia diutus untuk menjadi nabi yang terakhir meneruskan kenabian sebelumnya mulai dari Adam, musa, yesus termasuk zarathustra dan buddha. Oleh karna itu ia juga beranggapan bahwa ajaran yang ia bawa merupakan ajaran yang bersifat universal.
berbeda dengan para nabi sebelumnya yang bersifat kontekstual teruntuk masyarakat tertentu. Oleh karena itu ia sangat mempercayai bahwa ajaran yang dibawanya ini merupakan ajaran penyempurna menggantikan ajaran-ajaran sebelumnya.
Karna kekonteksualan agama sebelumnya itu membuat ajaran mereka terpatok pada masyarakat dan bahasa tertentu saja. maka mani dan para pengikutnya berusaha untuk menuniversalkan ajarannya dengan cara menerjemahkan kitab ajarannya ke berbagai bahasa.
Dengan begitulah pada akhirnya mengantarkan penyebaran agama mani ini hingga ke afrika utara termasuk ke kekaisaran romawi pada abad ke 4 masehi. Agama mani ajaran yang berfokus pada pertarungan antara sisi baik melawan sisi jahat.