Lihat ke Halaman Asli

Muhammad SyaifulArief

Roosibun writer

Kiprah Wali Kembar Katolik di Bambanglipuro

Diperbarui: 14 September 2022   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Zelfbesturende Landschappen terkenal dengan kota yang mengagungkan budaya, terlihat dari primitifnya Toragan. Beraneka raga kesenian ditampilkan pada malam tirakatan. Kota yang mempunyai puluhan universitas serani hampir jumlah yang serupa dengan non serani. Toleransi disini sangat dijunjung tinggi, banyak kulit putih juga yang berkeliaran sekadar dolan melihat ukiran batu yang tak bernyawa.

Bapak tulus pernah mengatakan ''wali hari ini bukan cuman duduk, menahan lapar menunggu rezeki, tukang dungo. Bahkan studen uin notabene universitas Islam yang tidak mempunyai girah dakwah. Namun wali abad ke-22 ini itu dia yang kaya, mampu mendanai dakwah, memberikan lahan untuk pembangunan pondok, membangun TPQ, memberikan suplai beras setiap minggu itulah disebut wali modern.''

 Peletak batu pertama kalimosodo ini dan pondok azzakiyah yang ada di Bambanglipuro. Berdirinya azzakiyah tak lain sebagai tameng penyebaran ajaran wali kembar dari inlander. Kenapa kota Zelfbesturende Landschappen terkenal dengan kota multikultural, jutaan studen dari berbagai pulau belajar disini.

Puluhan universitas serani, rumah sakit Elizabeth, pabrik gondang lipuro peninggalan yang masih kita bisa rasakan. Semua itu berkat wali joseph dan Julius, siapa sebenarnya huma ini?

Keluarga Schumtczer, nama seperti marga di Medan. Schumtczer memiliki pabrik gula Gondang Lipuro 1912. Sebuah pabrik besar, yang tebunya masih bisa kita lihat di Bambanglipuro. Namun pabriknya sudah menjadi museum karena dulu pernah dihancurkan oleh gerilyawan pribumi. Mereka takut inlander ini datang kembali dan menjajah masyarakat Bambanglipuro. Karena kewalianya membuat buruh terlena.

Keluarga schmutzer ini berasal dari pasangan Elise Karthaus dan Gottfied joseph Julius schmutzer. Sebenarnya ibunya wali kembar ini sudah menikah namun telah meninggal. Elise sudah duluan tinggal di Bambanglipuro, dengan mengganti namamnya Bereun. Ia beranjak ke Surabaya, kemudian menikah dengan Godreip Juli Schumtser seorang pengusaha inlander yg tinggal di Nusantara.

Karena perkawinan dengan Godreip mereka dikaruniai empat anak, diantaranya: pertama, Elise Anna Maria Schmuctzer lahir tahun 1881, kedua, Yoseph Ignaz Julius Maria Schmuctzer lahir tahun 1882, ketiga, Julius Robert Anton Maria Schmuctzer 1884, dan yang keempat, Eduart Ignas Wilheim Schmuctzer lahir tahun 1887. 

Wali kembar ini awalnya menimbah ilmu di Politeknik Delft, Holland, kemudian mengamalkan ilmunya di Bambanglipuro. Yoseph dan Julius meneruskan pabrik gula miliki ayah tirinya yang bernama Stefanus Barends.

Awalnya pabrik gondang lipuro telah beridiri 1 september 1862. Awal kemajuan setelah di pegang oleh wali Yoseph dan Julius. Manurut Aritonang dan Steenbirk '' Sebagai penganut agama Katolik yang taat, Schmutzer bersaudara berusaha mendalami ajaran sosial serani. 

Mereka bertekad untuk menerapkannya bukan di Eropa'', melainkan di Bambanglipuro. Dari pabrik inilah mereka bisa menjadi wali. Joseph dan Julius menyebarkan misinya dengan mendirikan 12 sekolah, irigasi, rumah sakit.

Tahun 1919 Yoseph menikah dengan Lucie Caroline Amelie Hedrikez. Yoseph aktif di IKP (Indische katholieke partij). Kalau sekarang  kita kenal dengan PMKRI (Perhimpunan mahasiswa Katolik Republik Indonesia Yogyakarta). Perhimpunan ini diprakarsai oleh st. PK. Hardjasudirdja 1951. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline