Lihat ke Halaman Asli

Muhammad affan

Sering di pojok kiri kampus sambil makan gorengan

Allen Ginsberg, Penyair Amerika, Anti-militerisme, Anti-kapitalisme, dan Menggugat Kejahatan Perang: Dalam Syair

Diperbarui: 13 Februari 2022   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau bisa memiliki gajah atau bank atau kekuasaan namun, karenanya, bila kau tak paham buah dada milik pribadi untuk menyusui, yang membahagiakan semua milik mu, maka yang ada hanya lah banyaknya kematian akibat bom atom dan kematian gagasan. Kebahagiaan itu ada, aku merasakannya. Aku berseru pada jiwaku, aku berseru pada jiwa dunia. Dunia punya jiwa yang indah.Kita, Rakyat Amerika--membunuhi para pejuang Vietnam Utara.

Makna kita di Amerika adalah mengendalikan uang yang mengunyah-ngunyah mesin perang, industri yang bercahaya terang benderang.

Kekacauan mesin di bumi, Terlalu banyak badan, mulut yang berdarah-darah di setiap benua.

Ibu-ibu sesenggukan menangis dan Putra-putranya membodohi saudara-saudara dan anak-anak agar membunuhi raga kuning yang indah di Indochina dalam mimpi-mimpi yang dicekokkan TV tepat di depan mata mu.

Pikiran sedang membentuk, maka seni pun sedang membentuk.

Bila aku memiliki saat-saat kejernihan, mampu memahami perasaan hati segala sesuatu, aku akan melangkah ke taman untuk menangis.

Lupakan lah kesenangan dan Ambisi.

Bahkan imajinasi manusia tak mampu menuntaskan berakhirnya kekosongan jiwa.

Jadi, berucap lah dia, "Apa yang sungguh akan kau lakukan? Sungguh, apa yang menggairahkanmu ?" Aku bilang, "Dokter, aku pikir kau tak akan memahami bahwa hal ini sehat dan jernih, namun aku benar-benar ingin sekali berhenti bekerja selamanya--tak akan bekerja lagi, samasekali, tak akan mengerjakan pekerjaan apapun seperti yang kukerjakan sekarang--dan aku hanya mau menggubah sajak dan bersenang-senang sepanjang hari di luar rumah serta mengunjungi museum dan menjenguki kawan-kawan.

Siapa itu yang sanggup menyaksikan surga di kaki gunung batu, duduk berpikir hingga sadar bahwa tanah yang diberkahi ada dalam imajinasinya.

Malaikat lah yang menyadarkanku tentang cermin masa laluku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline