Lihat ke Halaman Asli

Muhammad davafirdaus

Pelajar/mahasiswa

Apa Makna yang Tersirat dari Peristiwa Isra' Mi'raj untuk Kita sebagai Seorang Hamba

Diperbarui: 30 Januari 2024   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: mediaindonesia.com

Pada akhir bulan Rajab, umat Islam akan merayakan hari Isra' Mi'raj. Tepatnya pada tanggal 27 Rajab 1445 Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 8 Februari 2024. Peristiwa Isra' Mi'raj memiliki banyak hikmah yang sangat berarti dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nabi Muhammad mendapat kan banyak cobaan  dalam menjalankan tugas kenabiannya. Kekuasaan dan kesombongan manusia selalu ada, yang dapat menjadi ujian atau hambatan dalam memperjuangkan tujuan keilahian dan kemanusiaan. Isra' Mi'raj dapat diibaratkan sebagai "kawah Candradimuka" bagi Nabi Muhammad dalam menghadapi berbagai cobaan dalam perjuangannya. Hal ini sekali lagi membuktikan bahwa peristiwa Isra' Mi'raj menunjukkan sifat kemanusiaan Nabi yang membutuhkan kedewasaan jiwa melalui pertemuan langsung dengan realitas keilahian. Dengan cara ini, Nabi Muhammad akan lebih siap dan matang dalam menghadapi tantangan dakwah. Oleh karena itu, wajar jika suatu penafsiran tentang peristiwa yang monumental ini menekankan aspek metafisik atau sufistiknya. Isra' Mi'raj juga dapat diposisikan sebagai bagian dari perjalanan kemanusiaan Nabi sebagai contoh teladan bagi umatnya untuk selalu melatih diri dalam menghadapi segala tantangan kehidupan.

Pelatihan diri atau riyadlatun nafs ini seharusnya diberikan perhatian yang besar jika kita ingin mengambil hikmah dari peristiwa Isra' Mi'raj. Hal ini bertujuan untuk mencapai al-maqamatul 'ulya, tingkat spiritual yang utama, seperti yang dicapai oleh Nabi. Manusia sebenarnya memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dirinya, dan tidaklah stagnan. Dan untuk mencapai hal ini, bagi kebanyakan manusia, diperlukan pelatihan diri yang konsisten. Ritual-ritual agama sebenarnya dirancang untuk membantu meningkatkan derajat kemanusiaan dan spiritualitas tersebut. Tentu saja, ritual-ritual agama ini perlu dilakukan dengan komitmen penuh. Secara praktis, ada tiga jenis pelatihan diri, yaitu jihad (pelatihan fisik), ijtihad (pelatihan intelektual), dan mujahadah (pelatihan batin). Ketiganya saling terkait dan saling mempengaruhi. Dengan melakukan pelatihan-pelatihan ini, manusia akan terus-menerus mereformasi dirinya sehingga mampu membangun nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi peradaban bangsa.

Dalam kitab Sirah Nabawiyah: 'Irdlu Waqi' wa Tahlil Ihdats, juz 1 halaman 209, Ali Muhammad Shalabi menjelaskan bahwa peringatan Isra' Miraj memberikan beberapa pelajaran berharga. Pertama, Isra' Mi'raj adalah bukti kemuliaan dan keistimewaan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, hamba-Nya yang tercinta. Nabi baru saja mengalami kehilangan yang sangat menyedihkan, yaitu wafatnya istri tercinta, saiydah Khodijah, yang selalu mendukung dan mengorbankan segalanya untuk perjuangan Nabi. Selain itu, Nabi juga kehilangan paman tercintanya, Abu Thalib, yang selalu melindungi Nabi dari kekejaman kaum Quraisy. Dalam momen yang sulit ini, Allah memberikan penghiburan dan kehormatan kepada Nabi melalui perjalanan Isra' Miraj. Pelajaran yang dapat kita ambil dari peringatan ini adalah bahwa Allah selalu hadir untuk mendukung dan menguatkan hamba-hamba-Nya dalam setiap cobaan dan kesedihan yang mereka alami.

Allah berkehendak untuk memperkuat hati Nabi dengan memberikan pengalaman langsung tentang kebesaran-Nya. Hal ini bertujuan agar hati Nabi semakin kokoh dan teguh dalam menyebarkan Agama Allah. Pelajaran yang dapat kita ambil dari ini adalah bahwa siapa pun yang berjuang di jalan Allah dan memperkuat agama-Nya, seperti dengan membangun masjid, mengadakan majelis ilmu, dzikir, dan tahlil, akan mendapatkan kebahagiaan dan keistimewaan dari Allah.
Kedua, kewajiban menjalankan shalat lima waktu bagi setiap muslim. Musthofa As Siba'i dalam kitabnya, Sirah Nabawiyah, Durus wa Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi melakukan Isra' Miraj dengan ruh dan jasadnya sebagai mukjizat, sebuah keharusan bagi tiap Muslim menghadap (Miraj) kepada Allah subhanahu wata'ala lima kali sehari dengan jiwa dan hati yang khusyu'.

Ketiga, Isra' Miraj merupakan mukjizat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dengan perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Dalam sejarah, itu adalah perjalanan pertama manusia di dunia ke luar angkasa, dan kembali ke bumi dengan selamat. Jika peristiwa ini terjadi pada zaman Nabi, 1400 tahun yang lalu, hal ini memberikan pelajaran kepada umat Islam untuk menjadi mandiri, belajar, bangkit, dan meningkatkan kemampuan, tidak hanya dalam hal agama, sosial, politik, dan ekonomi, tetapi juga dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Perjalanan ke luar angkasa merupakan pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu ukuran kemajuan suatu umat.

Dalam perjalanan Isra' Miraj, terdapat dua masjid yang disebutkan, yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa Masjidil Aqsha adalah bagian dari tempat suci umat Islam. Mendukung Masjidil Aqsha dan sekitarnya sama dengan membela agama Islam. Setiap muslim wajib berjuang dan berkorban sesuai dengan kemampuannya untuk kemerdekaan dan keselamatan Masjidil Aqhsa Palestina. Baik melalui diplomasi politik, bantuan sandang pangan, maupun dengan harta. Semoga kita selalu dapat mengambil hikmah dari peristiwa Isra' Miraj ini dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya.
Dari cerita inspiratif Isra Mi'raj, dapat disimpulkan bahwa salah satu hikmah yang dapat diambil adalah ketika Nabi Muhammad SAW mengalami kehilangan dua orang penting dalam hidupnya, yaitu Khadijah, istrinya, dan Abu Thalib, pamannya. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menghadapi teror fisik dari orang-orang Quraisy dan tidak mendapatkan perlindungan dari orang Madinah.

Dalam menghadapi berbagai kejadian tersebut, Nabi Muhammad SAW sebagai manusia biasa tentu mengalami kebuntuan. Namun, Allah menghibur Nabi Muhammad dengan memperjalankannya ke langit.  bahwa sebagai manusia yang mengalami kebuntuan dalam hidup, kita dapat menghadapinya dengan melakukan perjalanan atau safar. Melalui safar ini, seseorang dapat menemukan ide-ide luar biasa. Namun, perjalanan yang dilakukan haruslah perjalanan menuju hal-hal yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline