Pendidikan karakter adalah bentuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga peserta didik mampu berpikir dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang positif yang telah menjadi kepribadiannya. Pendidikan Karakter harus selalu diajarkan dari sejak dini agar dijadikan sebagai kebiasaan, diterapkan secara konsisten dan kemudian barulah menjadi karakter bagi peserta didik.
Guru sangat berperan dalam penguatan karakter pendidikan bagi anak diskolah. guru harus mencontohkan apa yang disampaikan dan akan ditiru oleh anak didiknya. Keteladanan yang dicontohkan akan memudahkan penerapan nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Guru adalah seorang yang digugu dan ditiru. Di gugu diartikan adalah apa saja yang disampaikan oleh guru, baik lisan maupun tulisan dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh semua peserta didik. Sedangkan ditiru artinya sebagai seorang guru harus menjadi suri tauladan dalam setiap perbuatannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru dijadikan panutan dan teladan bagi semua anak didiknya.
Pada kondisi sekarang ini dimana meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk oleh peserta didik, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, membudayanya ringkasan/ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama menjadikan Pendidikan karakter menjadi satu hal prioritas yang harus selalu dikuatkan.
Maka dari itu pada hakikatnya, karakter pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia secara utuh yang berkarakter selain untuk membentuk pembelajar sepanjang hayat, yang sejatinya akan mampu mengembangkan semua potensi peserta didik secara seimbang (spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani) dan juga secara optimal . Hal ini menjawab pendapat yang selama ini mengemuka bahwa pendidikan hanya memberi penekanan dan berorientasi pada "aspek akademik" saja dan tidak mengembangkan aspek sosial, emosi, kreativitas, dan bahkan motorik. Peserta didik hanya dipersiapkan untuk mendapatkan nilai bagus, namun mereka tidak dilatih untuk bisa hidup.
Generasi yang cerdas pastinya di idamkan oleh semua kalangan karena generasi ini yang akan meneruskan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang beradab terhadap orang yang lebih tua. Bahkan sampai ada istilah lebih penting adab ketimbang Ilmu. Ilmu tentang kehidupan dan bisa membuat generasi kita cerdas bisa ditempuh secara bertahap, baik melalui bangku sekolah sd, smp, sma, hingga bangku perkuliahaan. setiap ilmu yang dipelajari didalamnya tentunya dapat membuat generasi menjadi cerdas dan bijak akan setiap mengambil kebijakan dan kita bisa percayakan kepada para guru, dosen, dan tenaga pengajar yang ada untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Banyak orang tua yang mengeluh akan generasi saat ini yang tidak memberikan rasa hormat kepada orang yang lebih tua, belum lagi karena dulunya orang tua dididik akan ilmu adab dengan cara yang keras dan tegas sehingga mereka bisa memberikan contoh baik kepada anak-anak mereka.
Ilmu adab yang harus dimiliki oleh generasi penerus diantaranya adalah menghormati orang tua, sopan santun kepada orang lain, tidak bersikap kasar kepada orang yang memiliki kesalahan dan tidak juga diperkenankan berbuat tindakan kasar, menyapa terlebih dahulu, menjawab pertanyaan orang lain dengan ramah, berperilaku baik kepada tamu, berterima kasih ketika mendapatkan bantuan, meminta maaf ketika salah, dan lain sebagainya..
Ilmu adab tentunya tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah, akan tetapi dari orang tua, lingkungan, dan tempat mereka bermain. Sebagai salah satu faktor tersebut orang tua haruslah menjadi salah satu garda terdepan untuk membimbing anak mereka agar bisa mendapatkan ilmu tentang adab di lingkungan dan tempat mereka bermain serta menghindari tempat-tempat yang bisa membuat mereka melenceng atau membuat karakter mereka menjadi buruk
Namun, kalu kita cermati kondisi kekinian, Istilah sekarang sebagian moral siswa telah mengalami kemerosotan. Anak cenderung tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak peduli terhadap isu di masyarakat, pergaulan yang bebas serta penggunaan perkataan keseharian yang kasar dan kurang berakhlak seperti seorang siswa yang tega mencela, menghina, memaki hingga menganiaya gurunya bahkan orang tuanya sendiri, Perlakuan kasar tersebut menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak memiliki adab.
Dengan mengajarkan adab kepada mereka diharapkan akan lahir generasi yang beradab dan berakhlak mulia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H