Lihat ke Halaman Asli

Strategi Politik Millenial Voters

Diperbarui: 9 Desember 2020   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemuda melihat politik sebagai bentuk hal yang lucu, kadang menarik kadang juga membingungkan dan bahkan ketika melihat pemberitaan di media begitu ini terjun di dalamnya. Melihat konteks politik kekinian yang sebagian besar saat ini sudah di ambil alih oleh anak-anak muda nyatanya juga tidak banyak ada perubahan. Seperti staff khusus Presiden yang millenials, nyatanya branding di awal cukup menarik, namun lagi-lagi penonton dikecewakan dengan tingkahnya. Hingga akhrinya muncul pemberitaan mundurnya kedua staff khusus karena tindakan mal administrasi. Politik tidak ubahnya jalan untuk menggapai sebuah kebaikan bersama, cara yang baik untuk dapat mengatur negara dalam mengelola kebijakan bagi rakyat. Namun politik kini dimaknai sebagai sebuah alat penguasa untuk mengambil alih keseluruhan sumber daya negara untuk kelompok dan individu. Buktinya makin banyak pejabat yang semakin kaya raya dan akhirnya korupsi. Contohnya Edhi Prabowo dan Juliari Batubara yang sudah menggemparkan media karena melakukan tindakan korupsi pada saat Covid-19. Lantas bagaimana kami yang muda ini dapat melakukan kebaikan kedepan ketika banyak contoh gagal memberikan kemanfaatannya. 

Millenials Voters, beberapa tahun belakangan menjadi faktor penentu pemilihan. Mereka yang masih polos dan mampu dipengaruhi dengan imbal balik banyak hal juga tidak jarang memanfaatkan momentum tersebut. Istilah KOMUNIKASI yang sering muncul dikalangan millenials menunjukkan bahwa strategi politik dalam mempengaruhi merekapun cukup mudah.

KOMUNIKASI dipahami dalam bentuk pernyataan atau candaan, ROkok, MUNI, transportASI. Rokok dianggap sebagai alat untuk memperlancar segala urusan dalam lingkup sosial yang sempit yakni pertemanan. Anak muda saling berkerumun dan bergerombol menjalin relasi dalam sebuah bungkus rokok. Cara ini dianggap mudah karena sebagian besar anak ranting partai itu pastinya anak muda. Ketika jaringan sosial itu sudah terpenuhi, anak muda tingga mudah untuk muni atau bersuara menyuarakan siapa yang akan di dukung. Hingga akhirnya dapatlah uang transportasi sebagai bentuk ucapan terimakasih telah menyampaikan amanat dari partai politik sebagai upaya strateginya. 

Mekanisme ini bukan bagian dari politik uang apabila saya melihatnya. Cost politik yang mahal membuat stategi semacam ini lumrah terjadi dikalangan pemilih dan elit politik. Sebagai pemuda yang di inginkan adalah adanya kemaslahatan umum menjadi tugas utama elit politik.

Ketika infrastruktur sudah tersedia dengan baik, elit politik yang dipilih juga mempunyai peran besar dalam kemitraan dengan lembaga lain untuk mewujudkan good governance. Disinilah peran pemuda dalam memberikan perhatian terhadap penyelenggaraan pemerintahan agar tetap berjalan sesuai pada track yang ada. Dapat dikatakan bahwa masih besarnya dominasi kekuasaan elit politik dalam proses-proses pembuatan kebijakan, perencanaan pembangunan, pengganggaran, penyelenggaraan pelayanan publik serta pengelolaan sumber daya dan asset daerah.

Dalam banyak kasus, proses-proses penyelenggaraan pemerintah juga ditandai oleh adanya patron-klien‟ antara pemerintah, pejabat, dan pihak-pihak yang ingin memanfaatkan keputusan dan sumber daya lokal untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Masyarakat khususnya para pemuda hanya dilibatkan pada tahapan paling awal sebagai bentuk pencarian legitimasi, tetapi masih sulit untuk memantau status aspirasi mereka di tingkat berikutnya, termasuk ketika telah menjadi dokumen peraturan daerah, perencanaan dan anggaran untuk diimplementasikan.

Partisipasi yang dikembangkan baru sebatas partisipasi simbolik (degree of tokenism), bahkan masih ditemukan partisipasi yang bersifat manipulatif sehingga tidak layak disebut sebagai partisipasi. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya lembaga swadaya masyarakat ini dilakukan dengan sebuah pembentukan forum diskusi bagi orang tua murid. Tindakan ini menunjukkan bahwa proses pembentukan mekanisme kontrol dilakukan secara partisipatif. Oleh karena itu para pemuda saat ini harus bertindak sebagai agen perubahan, memberikan kemanfaatan sebagaimana mestinya yang dilakukan. Tetap tunduk pada sistem politik yang ada dengan terus memperjuangkan politik bersih tanpa adanya praktek-praktek politik uang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline