Lihat ke Halaman Asli

Stoikisme dan Kehidupan

Diperbarui: 2 Maret 2024   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Arus globalisasi yang amat kuat membuat kita kehilangan kontrol akan diri. Televisi menayangkan debat kusir kepentingan yang membuat publik bingung menentukan arah akan kemana tujuan negara ini. Para ahli memberikan paparannya berdasarkan kepentingannya di balut dengan keilmuan yang dipelajari. Public saling memberikan komentar pedas akan kondisi bangsa. Tak jarang komentar tersebut membawa malapetaka yang menempatkan mereka di jeruji besi karena saling bersenggolan dengan dasar penghinaan, pencemaran nama baik hanya karena saling mempertahankan argumentasi dan kepentingannya.

             Mengenal stoikisme dalam pengaruh kehidupan saat ini di rasa penting karena sudah tidak ada kontrol lagi dalam diri. Manusia modern saat ini lebih mempercayai atau menempatkan factor eksternal sebagai pusat keberhasilan dan kebahagiaan hal itu merupakan sesuatu yang keliru.

            Bagaimana bisa kita menggantungkan kebahagiaan hanya pada akal tanpa melibatkan hati. Kita lebih bangga dengan apa yang kita lihat atau apa yang menjadi obsesi kita dibandingkan dengan sesuatu yang rasional.

            Probelem tersebut yang membuat kita mudah stress dan depresi yang pada akhirnya kita kehilangan kontrol pada diri kita. Penempatan objek pada factor diluar kendali kita sebagai indicator keberhasilan diri merupakan hal yang keliru karena itu tidak akan pernah selesai. Hal tersebut dikarena sifat kita yang dinamis. Sebagai contoh "kamu harusnya seperti anak itu dia, bisa mengerjakan soal matematika". Penilaian itu tidak bisa di generalkan karena pintar adalah penilaian seseorang terhadap diri anak tersebut yang pada saat itu memang sangat menyukai matematika dan tidak semua orang menyukai matematika.

            Stoik membuat kita fokus pada kemampuan diri, menerima diri apa adanya dan tidak terpengaruh hal hal luar. kerangka berfikir stoikisme  bersandarkan kepada hal hal yang bisa di kendalikan. Selaras dengan prinsip stoikisme bahwa tugas manusia adalah mengendalikan pikirannya, bukan peristiwa eksternal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline