Lihat ke Halaman Asli

Menanti Wajah Baru Bandara Mali

Diperbarui: 8 Desember 2018   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam Arsitektur Nusantara 2016 pada tanggal 22 Juli 2016 lalu sepertinya memberi angin segar. Bukan hanya bagi para pemenang lomba desain arsitektur Bandara Mali, namun masyarakat Alor juga sangat antusias menyambut calon "master plan" bandara mereka yang baru. Dari hasil lomba tersebut, diperoleh desain dari PT Nataneka sebagai yang terbaik. 

Desain yang mengusung kearifan budaya lokal alor tersebut rupanya mampu menarik hati para dewan juri. Tak pelak, panitia menjanjikan desain dari pemenang lomba tersebut akan dijadikan master plan Bandara Mali dalam 2 tahun ke depan. 

Rencananya, "Wajah baru" Bandara Mali akan memiliki landasan pacu (runaway) yang lebih Panjang serta model terminal yang modern namun tetap mencirikan kearifan lokal.

Dilansir dari data situs Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, saat ini Bandara Mali memiliki dimensi landasan pacu 1600x30 meter. Apron atau tempat parkir pesawat hanya berdimensi 100x40 meter yang artinya hanya mampu menampung 2 pesawat ATR72. Sama halnya dengan terminal penumpang, keadaan terminal keberangkatan yang hanya terdapat sekitar 80 tempat duduk dan tanpa disediakan toilet dirasa sangat kecil. 

Selain itu, kondisi terminal kedatangan juga memprihatinkan. Bagaimana tidak, ketika orang-orang turun dari pesawat, mereka hanya disediakan ruangan yang rasanya hanya mampu menampung 20 orang. Fasilitas penunjang pun sangat minim, hanya terlihat 1 mesin ATM BRI disana. Akses ke pusat kota pun hanya tersedia travel-travel pribadi yang harganya kurang ekonomis. 

Maskapai yang beroperasi di bandara ini hanya Wings-Air dan tujuan Kupang sebelum maskapai Transnusa menghentikan penerbangannya sejak 1 Juni lalu. Sesekali, maskapai Susi Air juga beroperasi melayani Alor-Atambua.

Kondisi tersebut nyatanya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi udara. Dilansir dari data otoritas bandara setempat, pada tahun 2017 jumlah penumpang datang dan berangkat masing-masing sebesar 57 ribu dan 58,4 ribu penumpang atau naik 11,45% untuk penumpang datang dan 14,89% untuk penumpang berangkat dibanding tahun 2016. Jumlah penumpang terbanyak terjadi pada bulan Juli 2017 dan jumlah penumpang paling sepi terjadi pada bulan Februari 2017. 

Pada tingkat keterisian maskapai, secara rata-rata dari 3-4 pesawat yang berangkat dan 3-4 pesawat yang datang setiap harinya dapat terisi  sekitar 65% untuk maskapai  Trans-Nusa/NAM Air sedangkan tingkat keterisian Wings-Air lebih banyak yaitu sekitar 75% lebih. Tentu ini menjadi hal yang positif bagi para maskapai sekaligus menunjukkan bahwa pengembangan transportasi udara sudah sepantasnya dibutuhkan.

Transportasi udara memang sudah selayaknya menjadi pilihan utama masyarakat alor untuk bepergian keluar daerah. Apalagi, musim yang tidak menentu ini membuat perjalanan kapal juga bergantung dengan tinggi gelombang. 

Kondisi ini membuat harga tiket pesawat melambung tinggi karena permintaan yang meningkat sementara ketersediaan tempat duduk terbatas. 

Tak berhenti sampai disitu, pengiriman kargo pun menjadi terhambat karena keterbatasan bagasi pesawat dan tidak menentunya perjalanan kapal yang dapat berdampak pada roda perekonomian Kabupaten Alor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline