Beberapa dasawarsa terakhir, teknologi informasi berkembang sedemikian cepat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan tersebut didasari oleh semakin tingginya mobilitas manusia sehingga membutuhkan akses informasi yang mudah, cepat, dan akurat.
Menilik tiga windu kebelakang, kebanyakan orang harus mencari telepon umum jika ingin bersapa dengan sanak saudaranya. Hanya berselang beberapa tahun ketika ponsel mulai umum dimiliki, telepon umum mulai digantikan dengan layanan telepon seluler dan layanan pesan pendek (SMS).
Zaman semakin maju, layanan telepon seluler dan SMS pun mulai digantikan dengan berbagai layanan berbasis internet. Mulai dari mengirim surat hingga bertatap muka melalui panggilan video. Bahkan, kemenkominfo merilis pada tahun 2017 ada sekitar 143,26 juta pengguna internet di Indonesia.
Fenomena ledakan data atau yang lazim dikenal dengan big data tidak dapat dihindari seiring dengan pesatnya penggunaan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI). Tidak hanya teknologi informasi, penggunaan teknologi AI ini juga merambah pada teknologi penyimpanan.
Berbagai media penyimpanan berbasis fisik kini mulai ditinggalkan dan digantikan dengan penyimpanan berbasis komputasi awan yang menggunakan internet karena dianggap lebih ringkas dan mudah. Salah satu contoh penyimpanan yang menggunakan teknologi komputasi awan adalah Google Drive. Kini orang-orang tidak lagi cemas ketika folder di ruang kerja penuh dengan lembaran arsip, atau berkas penting tertinggal dirumah.
Penggunaan komputasi awan sebagai sarana penyimpanan memiliki kelebihan dibandingkan dengan sarana penyimpanan konvensional. Jika sarana konvensional mengharuskan pengguna untuk mengganti piranti penyimpanan ketika terjadi overload, komputasi awan menawarkan kemudahan berupa penambahan kapasitas tanpa perlu mengganti sumber daya dan memindahkannya ke "wadah" yang lebih besar.
Selain itu, komputasi awan menawarkan kemudahan akses yang memungkinkan pengguna saling berbagi pakai. Penyimpanan berbasis komputasi awan tidak harus menggunakan internet publik, melainkan juga dapat menggunakan intranet yang justru lebih digemari oleh entitas bisnis modern karena dianggap lebih aman. Namun, tidak semua entitas bisnis tersebut mampu membangun infrastruktur untuk penggunaan komputasi awan karena membutuhkan piranti yang berteknologi lebih tinggi.
Komputasi Awan dikalangan Masyarakat
Tanpa disadari, penggunaan komputasi awan ini sudah sangat populer digunakan oleh masyarakat umum. Sebuah portal internet yang memiliki layanan umum seperti e-mail, penyimpanan media, bahkan penggunaan media sosial merupakan salah satu pemanfaatan dari komputasi awan.
Ketika seseorang mengunggah sebuah foto ke linimasa, secara konseptual orang tersebut sudah memanfaatkan penyimpanan komputasi awan karena dapat diakses melalui berbagai perangkat dan dimana saja. Sama halnya ketika kita menggelar lapak di sebuah situs jual beli dalam jaringan (daring), penggunaan sarana tersebut sudah memanfaatkan komputasi awan.
Perusahaan-perusahaan yang lebih banyak memanfaatkan layanan dalam jaringan kini menyadari potensi keuntungan yang didapat dari penggunaan komputasi awan. Perusahaan tersebut berlomba-lomba untuk "menjual data" dari para pelanggan yang memanfaatkan jasa mereka.