Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ridhotullah

Budak korporat yang gemar merangkai kata

Tersesat di Dunia Gadget, Ketika Impian Terlupakan

Diperbarui: 5 Oktober 2024   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang anak bernama Bima. Seperti kebanyakan anak seusianya, Bima sangat suka bermain gadget. Setiap hari, begitu pulang dari sekolah, ia langsung duduk di sofa, membuka tablet, dan tenggelam dalam dunia game dan video tanpa henti. Orang tuanya, Pak Roni dan Bu Santi, sering menegurnya, tapi Bima hanya mengangguk tanpa benar-benar mendengarkan.

"Bima, kamu harusnya belajar, Nak," kata Bu Santi suatu sore.

"Iya, Bu, sebentar lagi," jawab Bima sambil matanya tetap terpaku pada layar.

Hari demi hari berlalu, dan kebiasaan itu semakin melekat. Nilai Bima di sekolah mulai menurun, dan ia jarang berinteraksi dengan teman-temannya. Suatu hari, saat Bima tengah asyik bermain, ayahnya datang dengan raut wajah serius.

"Bima, kita bicara sebentar," kata Pak Roni sambil duduk di sampingnya.

"Ada apa, Yah?" Bima menjawab tanpa menoleh.

Ayahnya mengambil tablet dari tangannya, membuat Bima terkejut dan sedikit kesal. "Yah, jangan ambil tabletku! Aku baru saja mau menang!"

"Tunggu dulu. Ayah ingin tunjukkan sesuatu." Pak Roni mengeluarkan sebuah buku tua bergambar mobil-mobilan dari lemari. "Kamu ingat ini?"

Bima melihatnya sekilas. Buku itu berisi gambar-gambar mobil yang pernah ia gambar saat kecil. "Itu... buku gambarku dulu, kan?"

"Betul. Dulu, kamu sangat suka menggambar mobil-mobil. Kamu selalu bilang ingin jadi desainer mobil terkenal. Tapi sejak kamu tenggelam dalam gadget, ke mana impianmu yang itu?"

Bima terdiam. Ia ingat bagaimana ia dulu menghabiskan waktu berjam-jam membuat sketsa mobil impiannya. Matanya berbinar tiap kali menggambar detail velg, pintu, dan mesin. Tapi sejak ia mulai kecanduan bermain game, ia melupakan hobi yang dulu membuatnya begitu bersemangat.
"Bima," lanjut Pak Roni dengan lembut, "tidak salah bermain gadget, tapi jangan biarkan itu merampas impianmu. Gadget itu bisa jadi alat untuk belajar, atau alat untuk membuang waktu. Kamu yang memutuskan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline