Generasi millenial adalah generasi yang menjadikan teknologi informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle. Generasi millenial muncul sebagai fenomena baru yang dipicu oleh perkembangan teknologi informasi. Teknologi informasi ini tentu akan berpengaruh terhadap aspek pendidikan sekolah maupun kehidupan individu dalam keluarga, baik positif maupun negatif.
Salah satu dampak negatif perkembangan teknologi informasi adalah semakin merosotnya moral generasi millenial. Tawuran antar pelajar, budaya suka "membully", free seks, pesta minuman keras "oplosan", pembunuhan, perampokan yang dilakukan oleh generasi millenial. Merosotnya moral ini menjadi berita utama di setiap media masa baik cetak maupun elektronik. Hal ini terjadi akibat dari pesatnya perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas budi pekerti generasi millenial, padahal perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan bangsa ini untuk dapat terus bersaing di era globalisasi.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah merosotnya moral generasi millennial adalah dengan cara pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk generasi millennial yang "mbeneh". Generasi yang "Berdasi" tapi tidak pandai korupsi, generasi "pakar" tapi tidak "makar", generasi millennial yang "pinter" tapi tidak "keblinger". Artinya bahwa pendidikan karakter yang diterima oleh generasi millenial tidak hanya sebatas retorika tetapi lebih ketindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Jangan tertipu dengan "bungkus pakaian" seseorang karena "bungkus pakaian" seseorang tidak selamanya mencerminkan karakter seseorang.
Generasi millenial yang harapannya pada tahun 2045 menjadi generasi emas Indonesia diharapkan memiliki karakter mulia berupa religius, "andap asor" (atau rendah hati), gotong royong (kerjasama), "Tepa slira" (tenggang rasa), "Tresna asih" (kasih sayang), "Sumedulur" (kekeluargaan), "nguwongke/ngajeni" (menghargai/menghormati), "Aja dumeh" (tidak menyombongkan diri), "Sumeh" (ramah), dan "Ora aji mumpung" (Menggunakan kesempatan dari jabatan ataupun waktunya untuk memanfaatkan dan mencari keuntungan baik secara material maupun non material guna kepentingan pribadi ataupun kelompoknya).
Sekolah merupakan salah satu tempat yang memiliki peran untuk membentuk karakter mulia. Pembentukan karakter mulia generasi millenial (Peserta didik) harus diintegrasikan didalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Materi pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan ditingkat SMP/MTs adalah ilmu pengetahuan Alam (IPA). Dalam konteks pembelajaran IPA, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan konsep pembelajaran pada mata pelajaran lainnya. Perbedaan yang mendasar adalah hanya tekanannya harus sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri.
Mempelajari IPA harus terjadi proses sains, menghasilkan produk sains dengan melakukan eksperimen/percobaan dan terbentuknya sikap ilmiah. Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif mendengarkan guru menjelaskan konsep.
Generasi millenial sendiri yang harus melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan maupun bereksperimen secara aktif dibawah bimbingan guru. Dengan harapan akan terbentuk kreativitas dan kesadaran generasi millenial untuk menjaga dan memperbaiki gejala-gejala alam yang terjadi untuk, selanjutnya membentuk generasi millenial memiliki sikap ilmiah yang pada gilirannya akan aktif untuk menjaga kestabilan alam ini secara baik dan lestari.
Sistem peredaran darah merupakan salah satu materi yang diajarkan didalam pelajaran IPA tingkat SMP. Melalui materi sistem peredaran darah, kita sebagai pendidik harus dapat menjadikannya sebagai alat atau sarana untuk menanamkan beberapa karakter mulia pada generasi millenial. Dalam memberikan materi sistem peredaran darah, maka pendidikan karakter yang bisa kita lakukan adalah dengan cara yang pertama meningkatkan religius generasi millenial terlebih dahulu. Bagaimana caranya?
Melalui materi sistem peradaran darah kita dapat meningkatkan karakter religius terhadap peserta didik. Didalam sistem peradaran darah terdapat 3 komponen utama, yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Jantung berfungsi sebagai organ pemompa darah; pembuluh darah bertugas mengalirkan darah; darah adalah zat yang dialirkan.
Darah memiliki fungsi diantaranya menyuplai oksigen dan nutrisi untuk keberlangsungan metabolisme yang berlangsung di dalam sel. Sistem pertahanan tubuh (imunitas) juga dilakukan oleh darah dalam hal ini adalah leukosit. Jantung, pembuluh darah dan darah bekerja secara sistematis dan terorganisir. Siapakah yang mengorganisir semua itu? Maka jawabannya adalah Allah SWT.