Pembelajaran Daring Yang belum efektif
Sudah satu tahun pandemic covid-19 telah melanda negara kita ini. beberapa cara sudah dilakukan untuk menghentikannya namun hasilnya masih belum saja maksimal. Dengan adanya pandemic ini tentu nya sangat berdampak kepada ekonomi, sosial, budaya serta Pendidikan. Pendidikan yang merupakan hal yang paling fundamental untuk membentuk karakteristik yang berintelektual di masyarakat justru malah terhambat dengan adanya system pembelajaran daring.
Menurut saya pembelajaran daring ini sangat tidak maksimal karena banyak faktor yang kurang mendukung seperti kurangnya komunikasi antar guru dengan murid, sinyal yang kurang mendukung, serta biaya akomodasi kuota internet yang terbilang mahal harganya. Sebenarnya masih banyak lagi problematika yang terjadi selama pandemic ini, namun yang saya singgung dalam artikel ini adalah faktor yang pertama yaitu kurangnya komunikasi anatara guru dengan murid.
Pendidikan yang harapannya mengajak siswa/mahasiswa untuk bersosialisasi kini kian menyempit, bagaimana tidak dengan adanya system pembelajaran daring ini siswa/mahasiswa malah justru mengabaikan pembelajaran, seperti hanya berpartisipasi dalam forum virtual saja.
Banyak alasan yang timbul dari benak pemikiran siswa/mahasiswa seperti jaringan yang kurang maksimal, kuota habis dan semacamnya. Banyak juga yang hanya mendengarkan pembelajaran sambil tiduran dan alhasil tertidur sampai selesai pembelajaran. Sungguh fenomena yang kurang baik bagi dunia Pendidikan.
Pendidikan yang harusnya menjadi sarana untuk berekspresi malah justru tidak sesuai dengan harapan dan martabat bangsa. Dimana sosok siswa/mahasiswa yang juga nantinya akan meneruskan estafet pembangunan dalam negeri malah justru menjadi penghambat jalurnya paradigma berpikir. Harapan saya system pembelajaran daring ini segera dialokasikan kepada pembelajaran tatap muka karena sangat kurang efektif apabila pembelajaran daring ini masih dilanjutkan.
Mau sampai kapan kita harus seperti ini?, tidak adakah asumsi untuk merubahnya?, Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan budaya serta ribuan pulau yang mempunyai kekayaan alam yang membentang dari sabang sampai Merauke tentunya harus ada yang mengelola supaya tidak dikelola oleh negara lain.
Saya pun berpikir jikalau system pembelajaran daring ini tetap saja berjalan tentunya akan berdampak buruk bagi Pendidikan di Indonesia, bagaimana tidak ketika mall dan tempat hiburan berjalan sebagaimana mestinya malah justru Pendidikan yang harusnya mencerdaskan bangsa malah tidak maksimal karena banyak yang tidak serius dalam pembelajaran. Pembelajaran yang ranahnya harus bersosialisasi kepada masyarakat untuk membantu setiap problematika yang ada malah justru mati dengan adanya system seperti ini.
Saran saya sebagai aktivis mahasiswa yakni semoga cepat terlaksana program kuliah tatap muka sebagai mana adanya dengan tetap mematuhi protocol kesehatan seperti menjaga jarak dan selalu memakai masker. Mungkin bukan juga masalah kesehatan fisik yang dijaga akan tetapi kesehatan paradigma berpikir juga perlu untuk menciptakan sebuah inovasi-inovasi baru juga para pemimpin yang amanah bagi kalangan bangsa, negara, maupun kancah internasional.
Salam Reformasi!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H