Aku menjelma sebagai padam dibalik rumah kosong yang tak berpenghuni, meneratapi kisah vandalisme dengan jejak gambaran pada dinding yang hampir rapuh oleh penindasan.
kedua tangan ini sempat tak karuan untuk mengelus-elus dinding itu sambil langkah kaki terus beranjak untuk mengenang.
Dari beberapa ruang yang terjamah kutemui hanya sepi dan hening serta pelukan tinggalan sisa-sisa perabotan rumah.
Aku mengadopsi kursi sebagai teman berdiskusi pada fikiran yang tak-karuan, sebatang rokok menjadi perjamuan untuk menghela nafas.
Padanya, tangis kuserahkan dirimu pada buku dan setiap halamannya.
Aku memaksa kaki untuk beranjak pergi dari setiap cerita yang telah kulihan dan rasakan oleh seluruh panca indra, secuil kertas berisikan pesan sempat ku tinggalkan oleh raga yang tak tegar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H